Gurihnya Cuan Bisnis Keju Tasikmalaya Saat Pandemi Covid-19

Geliat potensi peternakan sapi perah di kota Santri Tasikmalaya, masih terbuka lebar, seiring masih minimnya produksi dan tingginya permintaan terhadap hasil produksi peternakan sapi.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 11 Jul 2021, 10:00 WIB
Salah seorang pegawai Koperasi Unit Desa Mitrayasa Pagerageung tengah mengolah susu dalam salah satu proses pembuatan keju di pabrik milik koperasi. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Kebutuhan masyarakat kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat terhadap produk olahan susu seperti keju yang terus meningkat, menjadi celah bisnis saat pandemi Covid-19 bagi Koperasi Unit Desa Mitrayasa Pagerageung untuk berkembang. 

Pelemahan ekonomi yang terjadi selama masa pandemi Covid-19, justru para bisnis olahan susu seperti mereka semakin bersemangat menghasilkan produk keju yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan warga.

“Kami baru memenuhi sekitar 25 persen kebutuhan (keju), sementara 75 persennya belum terpenuhi,” ujar Ketua Koperasi Unit Desa Mitrayasa Pagerageung, Fariz Aroemni, beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui keju merupakan makanan olahan dari susu, yang dihasilkan dengan memisahkan zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi, yang dibantu bakteri atau enzim tertentu bernama rennet. Hasilnya, produk keju bisa dikeringkan hingga diawetkan dengan ragam cara.

Menurut Fariz, geliat potensi bisnis peternakan sapi perah di kota Santri Tasikmalaya, masih terbuka lebar, seiring masih minimnya produksi dan tingginya permintaan terhadap hasil produksi peternakan sapi.

“Masih banyak peluang yang bisa kita gali dan kita lakukan, yang pasti peternak sapi, petani rumput dan tenaga kerja juga jelas ada kegiatan baru,” kata dia.

Ia mencontohkan potensi usaha keju di kabupaten Tasikmalaya yang cukup terbuka lebar untuk dikembangkan, di tengah masih minimnya bahan baku susu yang akan diolah.

“Potensinya tidak hanya satu titik, tapi beberapa titik, mulai dari sapinya, peternak, nanti juga tercipta da peluang baru,” kata dia.

Saat ini, total produksi keju yang ia hasilkan baru disokong 50 peternak dengan total produksi susu segar mencapai 1.000 liter, padahal kebutuhan pasar bisa hingga empat kali lipat. “Karena susunya belum ada, kita bertahap,” ujar dia.

Selain melayani penjualan keju, koperasi juga ujar Fariz bergerak untuk menjual susu segar bagi warga sekitar. “Kita juga jual aceran di depot milik koperasi dan sisanya 500 liter olah untuk keju,” kata dia.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Saatnya Naik Kelas

Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UMKM Victoria BR Simanungkalit bersama pengurus koperasi, tengah menunjukan salah satu keju hasil olahan milik koperasi Mitrayasa, Pagerageung, Tasikmalaya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UMKM Victoria BR Simanungkalit menyatakan, saat ini pemerintah tengah gencar menggalakan program pembinaan agar koperasi dan UMKM di tiap daerah di Indonesia naik kelas menjadi modern.

“Pendekatannya secara korporasi, kekinian dengan hitungan sangat efisien dan akurat, sehingga koperasi dan UMKM bertumbuh dan berkembang,” kata dia.

Untuk itu, pemerintah mengajak para pelaku UMKM dan koperasi tidak hanya fokus menjalankan bisnis semata, namun diharapkan mampu mengubah mindset pelaku usaha untuk berkembang.

“Kami juga buka kerja sama dengan perusahaan agar mereka mampu mengolah susu yang disukai pasar,” kata dia.

Dengan upaya itu, keberadaan UMKM dan koperasi di daerah bakal terus berkembang dengan menghasilkan produk yang disukai pasar, sesuai perubahan zaman.

“Inilah yang akan dibentuk pemerintah sebuah ekosistem yang saling menunjang, sehingga usaha-usaha baik UMKM ataupun koperasi dapat berkembang,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya