Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan daftar ketersediaan obat untuk pasien COVID-19 hingga per 9 Juli 2021.
Pada konferensi pers PPKM Darurat, Jumat (9/7/2021), Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Pemerintah terus berkoordinasi dengan industri farmasi dan distributornya untuk memonitor ketersediaan obat.
Advertisement
Kemenkes juga berkoordinasi rutin dengan industri farmasi dan jejaring distribusi untuk memonitor ketersediaan obat yang diperlukan untuk penanganan COVID-19.
Adapun daftar ketersediaan obat terapi COVID-19 sebagaimana data Kemenkes per 9 Juli 2021, sebagai berikut:
1. Favipiravir: 3,2 juta
2. Remdesivir injeksi: 11.000
3. Oseltamivir: 157.000
4. Azitromisin oral: 2,4 juta
5. Azitromisin infus: 163.000
6. Tocilizumab infus: 543
7. Intravenous Immunoglobulin: 7.000
8. Ivermectin: 237.000
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kemenkes Koordinasi Obat dengan Kemenlu
Siti Nadia Tarmizi menambahkan, Pemerintah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri perihal suplai obat terapi COVID-19 yang terhambat.
"Dalam hal terjadi hambatan supply impor dari luar negeri, Kementerian Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan kementerian terkait untuk membantu menyelesaikan hambatan supply tersebut," lanjut Nadia.
"Adapun ketersediaan obat-obatan untuk COVID-19 ini terus-menerus ditingkatkan dan ditambah produksinya untuk memastikan ketersediaannya di lapangan."
Advertisement
Jaga Ketersediaan Obat untuk Pasien COVID-19
Kementerian Kesehatan pun sudah mengkaji kondisi di lapangan terkait harga obat untuk penanganan COVID-19 dan menerbitkan SK Menkes No.HK.07.07/Menkes/4826/2021 untuk mengatur Harga Eceran Tertinggi (HET) obat dalam masa pandemi COVID-19.
"Tentunya, marilah kita bersama-sama berkolaborasi dan saling mendukung untuk kemudian masyarakat tidak menjadi panik dan melakukan pembelian secara berlebihan, baik untuk obat maupun sarana-prasarana lainnya demi menjaga keseimbangan ketersediaan obat bagi yang tentunya membutuhkan," imbuh Siti Nadia Tarmizi.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga meminta Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia untuk memperlancar distribusi. Upaya ini agar masyarakat yang membutuhkan obat, terutama favipiravir dan azitromisin dapat diakses.
"Soal kelangkaan obat, kita sudah mengamati bahwa jumlah obat, seperti favipiravir dan azitromisin memang sulit didapatkan. Tapi sebenarnya stoknya ada," kata Budi Gunadi saat konferensi pers PPKM Darurat di Luar Jawa-Bali, Jumat (9/7/2021).
"Yang terjadi, ada sedikit kendala pada distribusi. Kami sudah bicara juga dengan GP Farmasi. Kami mengimbau, tolong dibantu karena masyarakat sangat membutuhkan." (Selengkapnya: Obat COVID-19 Langka, Menkes Budi Minta GP Farmasi Perlancar Distribusi)
Infografis Harga Eceran Tertinggi Obat dalam Masa Pandemi Covid-19
Advertisement