Cerita Ganjar Pranowo yang Tangani Covid-19 dengan Jogo Tonggo

Konsepnya sederhana saja, jagalah tetanggamu jangan kasih stigmatisasi.

oleh stella maris diperbarui 10 Jul 2021, 12:40 WIB
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menjadi narasumber dalam webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk Ujian dan Tantangan Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19 pada Sabtu (10/7).

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menjadi narasumber dalam webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk Ujian dan Tantangan Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19 pada Sabtu (10/7). 

Dalam kesempatan itu, Ganjar menceritakan bagaimana dia dan jajarannya melakukan percepatan dalam penanganan pandemi Covid-19 melalui Jogo Tonggo. Cerita Ganjar, tantangan yang dihadapi dengan menghadirkan kebijakan yang bottom up, mikro zonasi, berbasis kebudayaan dan social community.

Ganjar bercerita, kondisi di hilir pada saat pergerakan masyarakat dibatasi melalui kebijakan PPKM Darurat, maka perlu diterapkan kebijakan tidak hanya top-down, namun juga buttom-up. Dengan kebijakan berbasis mikro zonasi, diharapkan pergerakan masyarakat semakin dapat dikendalikan.

"Sebenarnya yang Jogo Tonggo itu justru hari ini kami gencarkan kembali. Kami gas lagi. Kalau pergerakan masyarakat ruangnya lebih besar, maka mereka akan bergerak ke mana-mana dan itu akan sulit dikendalikan, maka kami coba dengan mikro zonasi," katanya.

Ya, Jogo Tonggo merupakan inovasi pemberantasan Covid-19, berbasis kewilayahan. Melalui Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020, dibentuklah Satgas Jogo Tonggo, yang memberdayakan warga hingga wilayah Rukun Warga (RW).

"Mikro zonasi inilah improvement yang kami lakukan sehingga Jogo Tonggo itu berjalan. Faktanya nih, katanya ada PKK, dasawisma, kelompok tani, karang taruna, ada kiai, ada kelompok agama, tokoh agama, tokoh masyarakat, itu fakta di desa ada, ada pendamping desa, itu fakatanya ada di desa semua, komunitas-komunitas ini sebenarnya karena ada dan hidup di masyarakat, mengapa kemudian kita tidak ajak, itulah Jogo Tonggo," beber Ganjar.

Sesuai namanya, Jogo Tonggo mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan Covid-19. Jika ada yang terinfeksi virus Corona, warga dapat saling menjaga dengan memberikan perhatian, dan tidak memberikan stigma pada mereka yang tertular.

"Konsepnya sederhana saja, jagalah tetanggamu jangan kasih stigmatisasi, kamu tak kasih panduan, kamu saya training, sehingga kalau seandainya, kalau ya, nanti bantuan dari pemerintah ‘ngga cukup, jangan ngamuk, tapi dibantu," imbuhnya.

Ganjar juga bercerita, tentang seorang asisten penjual sayuran yang ditemuinya, yang rela menyumbangkan dua ikat kacang panjang yang dimilikinya ke Posko. Di tengah keterbatasan penghasilannya, ia berbesar hati berbagi untuk sesama. Pada saat ditanya alasannya dalam menyumbang, sang asisten penjual sayur tersebut berujuar “Kasihan pak, ada yang butuh makan, ini kan soal kemanusiaan.”

"Kaya disamber gledek saya, itu masyarakat yang kemudian dia memberikan perhatian, ada yg ngasih gelas segela, ditaruh diikat di situ, ini butuh manjaemen pake Jogo Tonggo untuk me-manage kondisi-kondisi itu," tutur Ganjar.

Diketahui, konsep Jogo Tonggo yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu juga menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan Covid-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan Covid-19, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Dengan kosep itu, Ganjar berharap, seluruh elemen masyarakat dapat terlibat dalam penanganan pandemi beserta dampaknya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya