Trivia Saham: Mengenal Saham Lapis Kedua di Pasar Modal

Kali ini trivia saham membahas sekilas soal saham lapis kedua atau second liner. Apa itu saham lapis kedua?

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jul 2021, 16:57 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu cara untuk menyiapkan dana untuk masa depan selain menabung bisa dengan investasi. Saat ini beragam investasi ditemui mulai dari emas, properti, obligasi, saham dan lainnya.

Salah satu produk investasi yang makin populer yaitu investasi saham. Hal ini ditunjukkan dari jumlah investor yang tercatat di pasar saham dan reksa dana. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor di pasar modal kini mencapai 5,59 juta hingga Juni 2021. Realisasi jumlah investor itu naik 44,24 persen dari posisi 2020 sebesar 3,88 juta.

Jumlah investor reksa dana tercatat 4,93 juta pada Juni 2021. Angka ini naik 55,27 persen dari 2020 sebesar 3,17 juta. Jumlah investor C-BEST mencapai 2,51 juta pada Juni 2021, angka ini naik 48,32 persen dari periode 2020 sebesar 1,69 juta.

Seiring jumlah investor saham yang meningkat tersebut juga perlu diikuti dengan keterampilan dan pengetahuan berinvestasi di saham. Bagi Anda, investor pemula sejumlah istilah saham dan kategori saham berdasarkan kapitalisasi pasarnya juga perlu untuk dikenali. Salah satu kategori saham yang sering didengar yaitu saham second liner atau lapis kedua.

Mengutip laman most.co.id, saham lapis kedua ini memiliki nilai kapitalisasi pasar medium antara Rp 500 miliar-Rp 10 triliun. Sebagian masuk ke indeks L45, memiliki kinerja keuangan cukup baik, harga saham cenderung fluktuaktif, dan pergerakannya beragam ada yang likuid dan tidak likuid.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan, saham lapis kedua atau second liner merupakan kategori saham yang dilakukan pelaku pasar.

"Market capnya Rp 500 miliar-Rp 10 triliun. Kalau saham lapis pertama atau big cap di atas Rp 40 triliun. Kalau (saham lapis kedua) seperti Pakuwon Jati, AKR Corporindo dan London Sumatera,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (10/7/2021).

Ia menuturkan, saham lapis kedua juga berpotensi aktif ditransaksikan oleh pelaku pasar. Reza menuturkan, pertimbangan pelaku pasar itu bisa dari harga saham lebih rendah dibandingkan saham kapitalisasi besar.

"Misalkan Gudang Garam harganya sudah Rp 40 ribu, butuh dana besar untuk beli saham. Di sisi lain ada saham LSIP yang harganya sekitar Rp 1000 dan sentimen bagus, bisa jadi pertimbangan pelaku pasar untuk masuk karena lebih murah dilihat dari nilai rupiah bukan valuasinya,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Tips Memilih Saham Lapis Kedua

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk memilih saham lapis kedua ini, Reza menuturkan, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu fundamental termasuk kinerja keuangan dan likuiditas.

“Walaupun lapis kedua lihat fundamental minimal pertumbuhan pendapatan, laba bersih, dan sentiment. Lihat juga rasio keuangannya seperti return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan debt to equity ratio (DER), kesehatan utangnya,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya