Liputan6.com, Jakarta Terkait laporan tes PCR yang dibatasi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta warga segera lapor ke Kementerian Kesehatan. Laporan ini dari kejadian salah satu puskesmas, yang mana per hari tes PCR dibatasi hanya 4 orang.
"Tes PCR dibatasi seharusnya tidak. Kalau ada kejadian seperti itu segera lapor ke Kemenkes, ada situsnya. Tentunya, agar kami bisa membantu," ujar Budi Gunadi saat konferensi pers PPKM Darurat di Luar Jawa-Bali pada Jumat, 9 Juli 2021.
Advertisement
Menurut Budi Gunadi, tes PCR yang dibatasi kemungkinan fasilitas kesehatan tersebut mengalami kendala atau hambatan. Misal, kekurangan bahan baku untuk melakukan pemeriksaan PCR.
"Kemungkinan besar kekurangan bahan baku kurang PCR," lanjutnya.
Dari sisi pemeriksaan COVID-19, Kemenkes berupaya meningkatkan testing. Setiap kabupaten/kota harus menerapkan testing sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Peningkatan jumlah testing diikuti dengan prioritas penemuan kasus pada suspek dan kontak erat dari kasus konfirmasi kontak erat. Kemudian seluruh kontak erat dites dan dikarantina.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Atasi Varian Delta, Agresifkan Testing
Peningkatan testing, menurut Budi Gunadi Sadikin untuk mengantisipasi varian Delta. Deteksi dini diupayakan menemukan kasus lebih banyak sehingga penanganan dan perawatan dapat segera dilakukan.
"Kita harus bisa mengagresifkan testing. Saya bilang, enggak usah khawair kasus COVID-19 naik. Justru itu dilakukan kita bisa melakukan antisipasi lebih baik lagi, baik dari sisi isolasi dan rumah sakit," katanya.
"Ini termasuk ketersediaan oksigen dan lainnya."
Advertisement
Cakupan Testing Harus di Atas Standar WHO
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut, pentingnya memasifkan upaya deteksi dini melalui testing (pemeriksaan). Meskipun saat ini angka testing nasional sudah melebihi standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Masifnya testing diharapkan dapat menekan laju penambahan kasus dan menekan bertambahnya angka kematian serta menyelamatkan nyawa pasien. Kondisi saat ini di berbagai daerah, dari 34 provinsi ada 31 provinsi dengan kenaikan persentase kasus aktif, 9 provinsi mengalami kenaikan persentase kematian, dan 29 provinsi mengalami penurunan kesembuhan.
"Kenaikan persen kematian menunjukkan dalam satu minggu terakhir, kenaikan kematian yang terjadi lebih signifikan dibandingkan kesembuhan," ucap Wiku dalam Keterangan Pers Harian PPKM Darurat di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (8/7/2021).
Angka testing nasional kini sudah melebihi standar WHO dengan jumlah pemeriksaan per 1.000 penduduk per minggu mencapai 252,78 persen, dengan jumlah PCR sebanyak 380.480 (52 persen), antigen sebanyak 363.399 (48 persen).
Angka ini menunjukkan upaya testing terus mengalami peningkatan. Namun, pemeriksaan ini, harus terus diupayakan secara merata di seluruh provinsi di Indonesia. Pemerintah terus berupaya memasifkan testing sehingga kasus positif dapat lebih banyak teridentifikasi dan segera ditangani.
"Mohon seluruh Pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam mendata dan melaporkan cakupan testing d iwilayahnya masing-masing. Pastikan cakupan testing di wilayahnya masing-masing telah melebihi standar WHO dengan memperhatikan positivity rate di wilayahnya masing-masing," pungkas Wiku.
"Di masa seperti saat ini, yang mana kasus sedang meningkat tajam, testing salah satu hal yang harus dikejar. Masifkan testing, utamanya pada orang bergejala dan kontak erat."
Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR
Advertisement