Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara menolak rencana pengiriman sumbangan vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diselenggarakan di bawah skema distribusi vaksin global COVAX.
Penolakan itu dikeluarkan karena kekhawatiran akan efek samping dari vaksin tersebut, kata lembaga tink tank Korea Selatan, Institute for National Security Strategy (INSS), seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (11/7/2021).
Advertisement
COVAX sebelumnya menyatakan akan memberikan hampir 2 juta dosis vaksin AstraZeneca ke Korea Utara.
Gelombang pertama pengiriman vaksin diharapkan akan berlangsung pada akhir Mei 2021, tetapi ditunda di tengah konsultasi yang berlarut-larut, kata Korea Selatan bulan lalu.
Korea Utara belum melaporkan kasus COVID-19 sejauh ini, posisi yang dipertanyakan oleh pejabat Korea Selatan dan AS. Namun, negara itu telah memberlakukan tindakan anti-virus yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik.
Menurut laporan Institute for National Security Strategy (INSS), yang berafiliasi dengan agen mata-mata Korea Selatan, Pyongyang kini sedang mencari opsi lain untuk vaksin.
Ketika ditanya tentang laporan tersebut, GAVI, salah satu organisasi yang ikut memimpin COVAX, merujuk pada pertanyaan spesifik tentang preferensi dan kebijakan Korea Utara kepada pemerintah di Pyongyang.
"Kami terus bekerja dengan otoritas DPRK, karena kami bekerja dengan semua negara yang kami layani, untuk membantu menanggapi pandemi COVID-19," kata juru bicara GAVI, menggunakan inisial nama pejabat Korea Utara.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Korea Utara Minati Vaksin COVID-19 Buatan Rusia
Laporan INSS juga mengatakan bahwa Korea Utara tidak berminat pada vaksin COVID-19 buatan China karena kekhawatiran mungkin tidak begitu efektif, tetapi telah menunjukkan minat pada vaksin yang dibuat di Rusia.
Korea Utara pun mengharapkan vaksin COVID-19 buatan Rusia akan disumbangkan secara gratis.
"Ini condong ke arah vaksin Rusia, namun tidak ada pengaturan yang dibuat," sebut Lee Sang-keun, direktur penelitian strategis di semenanjung Korea di INSS, kepada Reuters, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Pada hari Rabu (7/7), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow telah menawarkan vaksin kepada Pyongyang pada beberapa kesempatan.
Lee menambahkan bahwa pihak berwenang Korea Utara khawatir tentang efek samping vaksin AstraZeneca setelah laporan yang meyebut terjadinya kasus pembekuan darah yang langka namun serius di antara beberapa penerima vaksin.
Sementara Korea Utara mengizinkan diplomatnya di luar negeri untuk menerima suntikan vaksin COVID-19 mulai akhir Maret 2021, negara itu tidak berupaya mengamankan vaksin untuk penggunaan internal, menurut INSS.
Advertisement