Heboh Pernyataan Dokter Lois, Sebenarnya Apa Itu Interaksi Obat?

Nama dokter Lois Owien mulai dikenal lantaran pernyataan kontroversial terkait interaksi obat yang mengakibatkan kematian pada pasien COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Jul 2021, 12:31 WIB
Ilustrasi Obat-Obatan Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Nama dokter Lois Owien menyeruak ke permukaan setelah muncul dengan pernyataan kontroversial terkait interaksi obat yang mengakibatkan kematian pada pasien COVID-19.

Pria yang mengaku tak percaya dengan adanya COVID-19 ini acap kali berkicau di akun Twitter pribadinya, @LsOwien, menyebut bahwa pemberian obat lebih dari enam macam plus dobel antibiotika dan dobel dosis antivirus menjadi penyebab kematian banyak pasien akhir-akhir ini.

Lantas, apa yang dimaksud interaksi obat?

Guna meluruskan pernyataan-pernyataan kontroversial dr Lois, Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati menjelaskan mengenai arti interaksi obat.

Menurut Zullies, interaksi obat adalah proses yang terjadi karena adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada pasien.

Secara umum, interaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya efek farmakologi obat lain (bersifat sinergis atau aditif), mengurangi efek obat lain (antagonis), atau meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan.

"Sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya. Ada yang menguntungkan, ada yang merugikan. Jadi, tidak bisa digeneralisasi, dan harus dikaji secara individual," kata Zullies kepada Health Liputan6.com melalui pernyataan tertulis.

Simak Video Berikut Ini


Interaksi Obat yang Menguntungkan

Zullies menambahkan, banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapi. Apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu (komorbid).

"Bahkan satu penyakit pun bisa membutuhkan lebih dari satu obat. Contohnya, hipertensi. Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi," katanya.

"Dalam kasus ini, memang pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat, yaitu yang memiliki mekanisme berbeda, sehingga ibarat menangkap pencuri, dia bisa dihadang dari berbagai penjuru," tambahnya.

Dalam keadaan ini, obat-obat itu dapat dikatakan berinteraksi, tetapi interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan.

Disebut demikian karena interaksinya bersifat sinergis dalam menurunkan tekanan darah. Namun, tetap harus diperhatikan terkait risiko efek samping, karena semakin banyak obat, maka risikonya semakin meningkat.


Interaksi Obat yang Merugikan

Interaksi obat dapat merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama, lanjut Zullies.

Bisa pula jika ada obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, maka akan semakin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

"Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan. Seperti contohnya obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang dulu digunakan untuk terapi COVID-19 atau azitromisin dengan levofloksasin.”

"Mereka sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung. Jika digunakan bersama, bisa terjadi efek total yang membahayakan," katanya.

Selain itu, interaksi obat dapat meningkatkan efek terapi obat lain. Pada tingkat tertentu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain dapat menguntungkan, tetapi juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan. Misalnya, efek penurunan kadar gula darah yang berlebihan akibat penggunaan insulin dan obat diabetes oral, bisa menjadi berbahaya.

 


Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri COVID-19

Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya