Covid-19 Varian Kappa Dinilai Berpotensi Lebih Cepat Penularan Ketimbang Lainnya

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai bahwa varian Kappa masih terbilang baru dan butuh penelitian lebih lanjut.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jul 2021, 10:51 WIB
Ilustrasi virus Corona, COVID-19. (Photo by Martin Sanchez on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Varian baru dari virus Sars Cov-2 (Covid-19) terus bermunculan bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah merilis setidaknya terdapat enam varian virus yang tersebar di Indonesia yakni, Delta, Alpha, Beta, Lota, Eta dan yang teranyar adalah varian Kappa.

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai bahwa varian Kappa masih terbilang baru dan butuh penelitian lebih lanjut. Namun, varian tersebut memiliki potensi penularan yang cepat dengan gejala relatif sama seperti varian lainnya.

"Artinya gini, dibandingkan Delta tetap Delta yang harus kita waspadai saat ini. Dan Kappa ini ya, memang memiliki satu potensi penularan efektif seperti yang ditemukan di Australia dari hanya berpapasan," kata Dicky saat dihubungi merdeka.com, Senin (12/7/2021).

Lebih lanjut, dia menggambarkan berdasarkan data yang ada, salah satunya di India ada beberapa pasien yang terpapar Covid-19 varian Kappa memiliki gejala demam yang sangat pendek dan ada kesulitan bernapas dalam jangka waktu lebih pendek.

"Jadi dari sejak paparan terus demam, pendek jarak timbulnya. Sehingga pasien ini umumnya datang pada saat ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang sangat parah dengan satu rasio oksigen yang pada umumnya di bawah 70 persen. Dalam kasus di India itu, meninggal umumnya dalam kurun waktu 5 hari," paparnya.

Dia mengatakan seperti kondisi penyebaran seperti di wilayah Uttar Pradesh, India dimana kasus Covid-19 di sana lebih didominasi oleh varian Kappa, ketimbang varian lainnya. Walaupun terkait hipotesa adanya potensi penyebaran yang lebih cepat masih perlu didalami.

"Karena dari data 72 sempel misalnya, yang diambil itu. Dilaporkan ada 30 yang varian Kappa gitu, dan 27 varian Delta. Jadi varian Kappanya ini lebih mendominasi. Ini sekali belom bisa dipastikan tapi terkesan dari data awal ini Kappa lebih bisa juga menandingi varian Delta intinya seperti itu datanya," tuturnya.

"Di mana sebelumnya, pada awal-awal pandemi, periode atau durasinya itu di 15 menit kontak sekarang tidak seperti itu lagi. Kalau sekarang itu kurang dari satu menit saja sudah cukup membuat orang tertular," tambahnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Perlu Penelitian

Walau memiliki potensi penularan yang lebib cepat, kata Dicky, penelitian terhadap varian Kappa masih harus dilakukan lebih dalam. Karena masih minimnya literasi pendukung untuk menganalisa terkait karakteristik dari varian Kappa.

"Jadi varian Kappa itu disebut juga varian dengan mutasi ganda. Walaupun sebetulnya varian mutasi bisa juga lebih dari dua, tapi karena ada dua mutasi (ganda) yang dikenal cukup mengkhawatirkan itu ada E484Q dan L452R. Nah dua itu (mutasi ganda) sudah bisa kita prediksi akhirnya Kappa ini bisa menurunkan efikasi body. Selain juga efektif dalam penularan itu dari mutasi yang ada," terangnya.

"Kemudian dari perkembangan terakhir kita masih harus menunggu lagi potensi dari varian ini, apakah meningkatkan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit atau jumlah kematian ini yang masih harus kita tunggu," lanjutnya.

Namun demikian, Dicky tetap menegaskan jika kemunculan beragam varian virus Covid-19 harus tetap direspons dengan penguatan 3 T (testing, tracing, dan treatment), vaksinasi, pembatasan dan penyuluhan terhadap masyarakat yang dilakukan secara konsisten.

"Jadi kita tidak usah bertanya nanti gimana-gimana yang penting respons kita, responnya yang tadi itu dan betul-betul konsisten dilakukan secara kuat," imbaunya.

Terlebih, Dicky sekali lagi menegaskan jika varian Kappa ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Terkhusus dari India yang mana merupakan tempat awal terdeteksinya varian tersebut.

"Satu hal yang harus jadi penekannya bahwa masih terlalu dini untuk memutuskan seberapa serius varian Kappa ini, karena data riset di lapangan juga masih terus dilakukan khususnya di tempat asalnya sendiri di India sana," katanya.

Sebaran Virus Kappa di Indonesia

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan kembali merilis hasil pemeriksaan dan analisis terhadap sekuens genom virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditemukan 553 kasus varian baru Covid-19.

Dari 553 kasus varian baru Covid-19, 436 di antaranya merupakan varian Delta atau B16172 asal India.

"Total sudah ada 436 varian Delta," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi kepada merdeka.com, Selasa (6/7/2021).

Berdasarkan peta sebaran varian SARS-CoV-2 Badan Litbangkes Kemenkes RI, ada enam varian Covid-19 di Indonesia. Yakni, varian Alpha, Beta, Delta, Lota, Eta dan Kappa.

Berikut sebaran 553 kasus varian baru Covid-19 di 14 provinsi di Indonesia per 6 Juli 2021:

DKI Jakarta

Kasus Alpha: 33

Kasus Beta: 38

Kasus Delta: 195

Kasus Eta: 4

Kasus Kappa: 1

Jawa Barat

Kasus Alpha: 9

Kasus Beta: 9

Kasus Delta: 134

Jawa Tengah

Kasus Alpha: 1

Kasus Beta: 1

Kasus Delta: 80

Jawa Timur

Kasus Alpha: 2

Kasus Beta: 3

Kasus Delta: 13

Bali

Kasus Alpha: 1

Kasus Beta: 2

Kasus Lota: 2

Banten

Kasus Delta: 4

Sumatera Selatan

Kasus Alpha: 1

Kasus Delta: 3

Kasus Kappa: 1

Kalimantan Selatan

Kasus Alpha: 1

Kasus Beta: 1

Kalimantan Tengah

Kasus Delta: 3

Kalimantan Timur

Kasus Delta: 3

Gorontalo

Kasus Delta: 1

Kepulauan Riau

Kasus Alpha: 1

Kasus Delta: 1

Kasus Eta: 1

Riau

Kasus Alpha: 1

Kasus Delta: 1

Sumatera Utara

Kasus Alpha: 1

Kasus Delta: 1.

Reporter: Bachtiarudin Alam

Merdeka.com -

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya