Liputan6.com, Jakarta - Dulu, siapa pun yang memiliki kondisi penyakit mental yang cukup parah akan dikurung secara tidak manusiawi di sel dingin tanpa menggunakan baju di rumah sakit jiwa. Jika berasal dari keluarga kerajaan, mereka hanya akan membiarkannya -- walaupun dapat membahayakan orang lain.
Karena banyaknya perkawinan sedarah dalam kerajaan-kerajaan, lahir sebagai seorang bangsawan sering kali membuat mereka kemungkinan memiliki penyakit mental berat.
Advertisement
Walau beberapa dari mereka dinyatakan sebagai 'gila' karena pada masa itu belum ada studi cukup tentang penyakit mental, beberapa dari mereka benar-benar menghasilkan korban jiwa.
Dari raja yang percaya bahwa dirinya adalah seekor sapi hingga raja yang suka membunuh manusia, dikutip dari List Verse, Senin (12/7/2021), berikut adalah lima bangsawan yang memiliki kondisi penyakit mental serius:
1. Raja George III
George III dikenang sebagai raja yang kalah dari Amerika dalam Perang Kemerdekaan. Namun, ia juga memiliki banyak cerita tentang ketidakteraturan dan kegilaan yang membuatnya dianggap tidak layak untuk memerintah.
Karena itu, putranya, George IV memerintah sebagai Pangeran suatu wilayah (seperti bupati) untuk menggantikannya.
Pada saat itu, George III (yang mungkin saat ini digambarkan bipolar), dilaporkan terombang-ambing di antara periode manik di mana ia akan berbicara terlalu cepat untuk dipahami dengan mulut berbusa.
Ia juga memiliki periode depresi yang membuatnya menangis dan meratap selama berjam-jam sampai berhari-hari.
George III dilaporkan menderita paranoia dan halusinasi yang meningkat. Saking parahnya, ia dilaporkan mencoba berjabat tangan dengan pohon ek.
Selain itu, urinnya juga digambarkan berwarna biru, merah, atau ungu, membuat beberapa ahli berpikir ia menderita porfiria akut.
2. Mustafa I
Sultan Kekaisaran Ottoman pada abar ke-16 ini mendapat gelar 'Mustafa si Gila'.
Namun, dengan cara ia dibesarkan, mudah untuk membayangkan mengapa ia menjadi seperti itu. Pada saat itu, tradisi Kekaisaran adalah untuk mengeksekusi saudara laki-lakinya.
Tetapi saat kakak Mustafa, Ahmed I, naik takhta, ia mengasihani Mustafa dan menguncinya di ruangan tanpa jendela selama 14 tahun.
Ia kemudian naik takhta hanya untuk satu tahun dan dikirim kembali ke kamarnya selama empat tahun, lalu menjabat lagi untuk satu tahun.
Semua hal tersebut berkontribusi dalam membuatnya tidak memiliki keterampilan bersosialisasi. Ia juga sering mencabut janggutnya serta membuang hartanya ke hewan terdekat yang ia jumpai.
Advertisement
3. Putri Alexandra
Putri Alexandra dari Bavaria ini terkenal sangat cerdas. Ia menolak untuk menikah dan mengabdikan dirinya untuk studinya. Ia menjadi penulis novel, esai, dan juga penerjemah.
Namun, di balik kecemerlangan dan pencapaiannya, ia sangat berjuang.
Sebagai orang yang memiliki fobia terhadap kuman, ia terkenal tak pernah mengenakan pakaian warna apa pun kecuali putih.
Ia juga yakin bahwa saat kecil, ia menelan piano secara utuh.
Karena itu, ia meghindari menyentuh orang dan juga benda-benda. Putri Alexandra juga berjalan menyamping melalui pintu untuk menghindari bingkai agar ia tidak memegangnya.
4. Vlad si Penusuk
Vlad si Penusuk adalah salah satu tokoh yang paling terkenal dalam sejarah. Walau ia dianggap sebagai pahlawan nasional Rumania oleh beberapa orang, ia mendapat gelarnya karena kekejamannya yang hampir tidak manusiawi serta pemerintahannya yang ditandai dengan banyak tindakan penyiksaan dan genosida skala besar.
Mitos seputar Vlad bahkan sering digabungkan dengan mitologi vampir karena aksi-aksi dia didorong karena ia haus akan darah murni.
Ia akan mengundang utusan asing ke istananya dengan kedok pembicaraan damai lalu menusuk mereka hidup-hidup. Karena itu, korban-korbannya meninggal secara perlahan dan menyakitkan.
Selain itu, Vlad juga terkenal karena memasukan sorban ke kepala Utsmani yang melepasnya di hadapannya.
5. Nebuchadnezzar II
Cerita-cerita Raja Nebukadnezar II dari Kekaisaran Babilonia ini ditulis dalam Kitab Daniel dari Perjanjian Lama.
Menurut kitab tersebut, selama tujuh tahun ia memilih hidup di hutan sebagai sapi dan memakan rumput.
Istilah psikologis untuk penyakitnya adalah boantrhopy -- membuatnya percaya bahwa dirinya memang seekor sapi.
Walaupun dianggap sebagai karya fiksi sejarah, beberapa orang percaya bahwa peristiwa tersebut mungkin benar-benar terjadi, tetapi mungkin terjadi pada Raja Babilonia berbeda, Nabonidus.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement