India Izinkan RS Swasta Jual Vaksin COVID-19, Ribuan Warga Masih Tertipu Produk Palsu

Kasus penipuan vaksin COVID-19 di India terjadi setelah rumah sakit swasta diizinkan menjual vaksin COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Jul 2021, 18:00 WIB
Petugas polisi bersama seorang sukarelawan (tengah) berpakaian seperti pengendara sepeda motor yang memegang kepala mockup dengan helm ambil bagian dalam kampanye kesadaran keselamatan jalan, di Chennai (7/7/2021). (AFP/Arun Sankar)

Liputan6.com, Mumbai - Pemerintah Indonesia mengizinkan BUMN Kimia Farma untuk menjual vaksin COVID-19. Rencana ini ditunda setelah muncul berbagai kecaman. 

Sebelumnya, India juga membebaskan rumah sakit swasta untuk menjual vaksin COVID-19 pada April 2021. Apa yang terjadi kemudian adalah penjualan vaksin palsu marak. 

Pada awal Juli ini, CNN melaporkan ribuan orang terkena korban vaksin COVID-19 palsu India. Vaksin itu isinya ternyata air garam.

Diperkirakan ada 2.500 orang mendapat vaksin palsu. Total keuntungan dari penyedia vaksin palsu itu mencapai US$ 28 ribu (Rp 405 juta).

Ada 14 pelaku yang sudah ditangkap. Mereka beraksi di Mumbai dan terancam pasal penipuan hingga percobaan pembunuhan.

RFI menyebut ada dua pelaku merupakan dokter di rumah sakit swasta. Aksi mereka terbongkar setelah warga curiga status vaksinasi mereka tak terlacak di portal online pemerintah. Peristiwa serupa juga terjadi di Kolkata.

Pakar vaksin menyebut tindakan ini terjadi karena faktor selisih harga, sehingga celah ini dipakai kriminal untuk meraup untung.

Menurut laporan AP News, pabrik vaksin juga dibuat untung karena bisa menjual vaksin dengan harga lebih mahal ke pihak swasta. Alhasil, berbagai daerah rebutan persedian.

Pada Juni lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi akhirnya mengubah kebijakan di India, sehingga 75 persen vaksin dari pabrik akan diambil oleh pemerintah dan disediakan gratis, sementara sektor swasta mendapat jatah 25 persen.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.


Vaksin Berbayar di Indonesia

Menkes Budi Gunadi Sadikin saat mengunjungi RSHS Bandung, 30 Desember 2020. (Foto: Liputan6com/AdityaEkaPrawira)

Vaksin berbayar di Indonesia sedang ditunda, tapi dipastikan akan kembali diberlakukan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan vaksinasi gotong royong individu atau vaksinasi berbayar akan dimulai setelah jumlah vaksin Covid-19 yang diamankan pemerintah sudah masif. Hingga kini, pemerintah sudah mengamankan sekitar 132 juta vaksin Covid-19 baik dalam bentuk jadi maupun curah.

"Ini juga akan dimulai di saat di mana vaksin pemerintah sudah mulai masif jumlahnya," kata Budi dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi, Senin (12/7/2021).

Menurut dia, jumlah vaksin Covid-19 yang akan datang ke Indonesia akan terus bertambah. Budi menyebut Indonesia mendapat 30 juta dosis vaksin pada bulan Juli 2021.

"Kita bulan ini akan dapat 30 juta, bulan depan akan dapat 40 juta dan seterusnya 50 juta (dosis)," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa vaksinasi berbayar hanyalah salah satu opsi yang disediakan pemerintah. Sebab, ada perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mendapatkan akses vaksinasi gotong royong melalui jalur Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

"Jadi apakah masyarakat bisa mengambil atau tidak, prinsipnya pemerintah membuka opsi yang luas bagi masyarakat yang ingin mengambil vaksin gotong royong baik melalui perusahaan maupun melalui individu," jelas Budi. 

(US$ 1: Rp 14.493)


Infografis COVID-19:

Infografis Pedoman Isolasi Mandiri Pasien Tanpa Gejala Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya