Terungkap, Ini 3 Penyebab Kontainer untuk Ekspor Langka

Masalah kontainer tidak mudah diselesaikan, karena permintaan yang tinggi namun pasokannya sangat rendah.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Jul 2021, 16:30 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, terdapat 3 hal yang menyebabkan kelangkaan kontainer, yang menyulitkan pelaku usaha dalam melakukan kegiatan ekspor,  khususnya bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM).

“(Pertama), memang masa pandemi ini banyak negara-negara yang melakukan lockdown sehingga kontainer ini agak susah masuk barang-barang, kecuali barang-barang yang erat dengan kebutuhan kesehatan dan pangan,” kata Gati dalam FGD Peluang pasar dalam negeri, Senin (12/7/2021).

Kemudian penyebab kedua, bangkitnya China dari pandemi covid-19, mereka lebih mengutamakan mendistribusikan produk-produknya ke luar negeri.

“Telah bangkitnya China dari pandemi, mereka mendistribusikan produk-produknya ke luar, sehingga mereka lebih mengutamakan logistik dan distribusi produk mereka. Kalau kontainer tidak balik, misalnya dari China ke Indonesia balik lagi ke China, tapi disuruh belok ke Australia dikit mereka tidak mau,” ujarnya.

Gati mengakui memang peredaran kontainer di masa pandemi covid-19 ini terbatas. Menurutnya, masalah kontainer tidak mudah diselesaikan, karena permintaan (demand) yang tinggi namun supply-nya rendah.

“Ketiga, pemain kontainer ini adalah pemain internasional sehingga kita tidak mudah untuk mengatur mereka, kita tergantung daripada mereka, itu yang jadi masalah,” ungkapnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Krisis Logistik

Sejumlah truk peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). BPS mencatat, nilai ekspor September 2016 sebesar US$ 12,51 miliar, turun 1,84% dibanding bulan sebelumnya dan turun 0,59% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman menambahkan, memang di tahun 2020 Indonesia sudah mengalami krisis kesehatan, lalu krisis ekonomi yang selanjutnya menyebabkan krisis logistik.

“Kita banyak mengalami kendala di logistik terutama kontainer untuk ekspor, ya karena tahun 2020 itu kita mengalami krisis kesehatan, kemudian dilanjutkan krisis ekonomi, lanjutannya adalah krisis logistik. Ini tantangan kita bersama,” ujar Adhi.

Oleh karena itu, kata Adhi diperlukan berbagai macam upaya efisiensi inovasi agar masalah terkait langkanya kontainer untuk logistik ekspor bisa ditangani dengan cepat.

“Nah inilah tantangan-tantangan kita sebagai pelaku Industri kecil menengah, termasuk juga industri menengah besar. Oleh sebab itu kita perlu melakukan berbagai macam upaya efisiensi inovasi agar kita bisa lolos dari krisis-krisis tersebut,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya