Sosok Melati Wijsen, Remaja Indonesia yang Tampil di Festival Film Cannes 2021

Melati Wijsen mengaku sangat senang dan bangga, karena kerja kerasnya berhasil diapresiasi penonton di Cannes 2021.

oleh Henry diperbarui 12 Jul 2021, 19:11 WIB
Aktivis lingkungan Indonesia Melati Wijsen tampil stunning dengan gaun kuning rancangan Yogie Pratama di karpet merah Festival Film Cannes, Prancis. (Foto: Instagram @melatiwijsen)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivis lingkungan asal Indonesia, Melati Wijsen, mencuri perhatian di acara Festival Film Cannes 2021, di Prancis pada 10 Juli 2021, waktu setempat.  Dalam acara itu, Melati Wijsen menghadiri pemutaran perdana film Bigger Than Us.

Ia menjadi salah satu bintang utamanya yang beradu akting dengan Xiuhtezcatl Martinez, Mohamad Al Jounde, Mary Finn, Rene Silva, dan Memory Banda.  Film dokumenter yang diproduseri oleh aktris senior Prancis, Marion Cotillard itu menceritakan perjalanan Melati Wijsen dalam berjuang mengatasi masalah sampah plastik.

Ia berhasil melobi pemerintah daerahnya untuk melarang penjualan kantong plastik di Bali selama enam tahun. Berkat hal itu, Melati pun bisa bertemu dengan para pemimpin dan aktivis muda lainnya di seluruh dunia.

Melati mengunggah foto-foto kehadirannya di Cannes di akun Instagramnya pada Minggu, 11 Juli 2021. Wanita berdarah Bali-Belanda ini mengaku sangat senang dan bangga karena kerja kerasnya berhasil diapresiasi penonton yang hadir.

Melati Wijsen juga tampil menawan dan bersinar dengan gaun kuningnya yang merupakan rancangan desainer Indonesia. Yogie Pratama. Siapa sebenarnya Melati Wisjen?

Dilansir dari beragam sumber, Melati Wijsen dikenal sebagai pendiri Bye Bye Plastic Bags (BBPB). Melati bersama adiknya, Isabel Wijsen, mendirikan Bye Bye Plastic Bags pada 2013.  Latar belakang didirikannya BBPB berawal dari pelajaran yang diterimanya di sekolah. Beberapa inspirasinya saat itu adalah Nelson Mandela, RA Kartini, dan Mahatma Ghandi.

Pengalaman pertamanya menyuarakan BBPB adalah di forum internasional, yang juga menjadi pembicara, di World Ocean Day (2017), dengan tema "Our Ocean, Our Future". Kini, gaung proyek BBPB tidak hanya dirasakan di Bali, tetapi sudah meluas ke Jakarta, Bandung, hingga Batam.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Pembicara Internasional

Tim Bye Bye Plastic Bags di Bali, 2019. Dok: Melati Wijsen

Visi dan Misi yang diusung BBPB, adalah membayangkan dunia bebas dari kantong plastik dan dimana generasi muda mengambil tindakan pemberdayaan. Sedangkan misinya adalah orang-orang melakukan pemberdayaan dengan benar melalui pendidikan, kampanye, dan pertemuan politik.

Beberapa proyek yang dikenalkan Melati melalui Bye Bye Plastic Bags, yaitu Mountain Mama's: A Social Enterprise, One Island One Voice: Satu Pulau Satu Suara, dan Komitmen: #SayNoToPlastic.

Melati sudah menjadi pembicara internasional untuk mengampanyekan Bye Bye Plastic Bags di beberapa media dan forum internasional seperti TED dan United Nations. Melati pernah terpilih menjadi 10 wanita paling menginspirasi versi Forbes. Ia juga pernah menjadi Anggota World's Ocean Day Youth Advisory Council at the United Nations atau PBB.

Kini, Melati sedang fokus pada proyek terbarunya mengenai Proyek Pemuda Pemberdayaan (YOUTHTOPIA), yaitu untuk memberdayakan kaum muda melalui pendidikan dan memberi alat yang mereka butuhkan untuk membuat perubahan.

Meski begitu, proyek remaja berusia 16 tahun itu yang paling dikenal di Indonesia adalah saat berjuang mengatasi masalah sampah plastik di Bali. Bersama adiknya, Melati menargetkan Bali akan bebas plastik di Januari 2018. Suatu hal yang justru belum tercetus dari pemerintah setempat. 


Kantong Plastik di Bali

Program Youthtopia. Dok: Melati Wijsen

Mereka sadar tanpa dukungan pemerintah setempat mereka tidak akan mewujudkan mimpinya. Untuk mendapatkan perhatian pemerintah, mereka membuat petisi guna mengumpulkan tanda tangan di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, seizin Bea Cukai dan Imigrasi setempat.

Mereka mengumpulkan lebih dari 100 ribu tanda tangan, tapi itu belum bisa meyakinkan Gubernur Bali saat itu, Mangku Pastika. Putus asa karena tidak bisa menemui Gubernur, Isabel dan Melati mengadakan mogok makan selama 1,5 tahun. Mereka terinspirasi setelah melakukan kunjungan ke rumah Mahatma Gandhi di India.

Karena masih di bawah umur, mogok makan tersebut dilakukan saat matahari terbit hingga tenggelam dan berada dalam pengawasan ahli gizi. Mereka akhirnya berhasil menemui Mangku Pastika yang menandatangani nota kesepahaman untuk mewujudkan Bali tanpa kantong plastik pada Januari 2018.

Melati Wijsen pernah didapuk sebagai salah satu remaja paling berpengaruh di dunia versi CNN Heroes Young Wonders pada 2018. Bersama Isabel, Melati juga mendapatkan penghargaan dari Bambi Awards (2017) yang diadakan di Berlin, Jerman.


Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya