Psikiater UGM Kasih Bocoran Cara Tetap Sehat Mental Saat Isoman  

Isoman merupakan sebuah kondisi yang menimbulkan gap. Perlu cara tak biasa untuk menghadapinya agar tidak berdampak pada stres

oleh Yanuar H diperbarui 14 Jul 2021, 22:00 WIB
Dipimpin Kapolres Garut, Kajari dan Dandim 0611 Garut serta unsur Forkopimda Garut, mereka sengaja mengetuk rumah pasien yang tengah melakukan isoman satu per satu, di Kampung Babakan Abid, Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Yogyakarta - Psikiater Universitas Gadjah Mada, Ronny Tri Wirasto, mengatakan isolasi mandiri atau isoman merupakan sebuah kondisi yang menimbulkan gap baik secara fisik, emosi, maupun finansial. Gap tersebut berpotensi memunculkan sejumlah persoalan. Secara umum, permasalahan yang kerap terjadi saat isoman adalah ketakutan menghadapi penyakit itu sendiri, ketakutan saat isoman, serta kebosanan dan frustasi.

"Persoalan ini yang kita hadapi bersama saat ini,” kata Ronny beberapa waktu lalu. 

Ketua Prodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kejiwaan FKKMK UGM ini lalu membagikan tips cara menghadapi stres, agar mental tetap sehat selama isoman. Salah satunya dengan membatasi menonton, membaca, atau mendengar berita maupun cerita baru terkait Covid-19, termasuk melalui media sosial.

"Pembatasan bisa berupa waktu, jumlah, topik atau sumbernya. Atur waktu dalam pembatasan ini," katanya.

Cara lain adalah dengan melakukan perawatan tubuh secara optimal mulai dari kebersihan hingga aktivitas fisik. Beberapa tambahan aktivitas fisik yang dapat dilakukan, antara lain latihan bernapas dalam, peregangan, atau meditasi yang terarah. Di samping itu, mengatur makanan dengan pola seimbang. Lalu, melakukan olahraga ringan secara teratur.

"Hindari konsumsi alkohol dan rokok," imbuhnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Pendampingan

Tak kalah penting, kata Ronny, tetap terhubung dengan orang lain, baik keluarga, kerabat, maupun teman. Selalu berkomunikasi untuk membagi kondisi dan perasaan saat ini. Komunikasi dapat dilakukan melalui sosial media, daring maupun via telepon.

Ia menyebutkan seseorang perlu segera mendapatkan pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater jika tetap mengalami kesulitan meskipun telah melakukan tips-tips tersebut.

Kesulitan yang dimaksud adalah masih saja ada perasaan marah, ketakutan, kesedihan, frustasi, perubahan nafsu makan, energi berkurang, minat dan keinginan berkurang, kesulitan tidur. Bahkan perlu diwaspadai jika sampai terganggu tidurnya atau muncul beberapa keluhan fisik, seperti nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan nyeri di sejumlah bagian tubuh atau kulit.

"Kalau masih ada keluhan seperti itu sebaiknya segera minta pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater," katanya.

 


Dukungan Sosial

Ronny menyebutkan dukungan sosial juga menjadi hal yang sangat diperlukan dalam kondisi pandemi Covid-19, termasuk bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri. Dukungan keluarga terdekat maupun masyarakat diharapkan dapat mengurai masalah atau stres saat isoman.

"Perlu ada dukungan sosial/masyarakat dan ini perlu ditingkatkan saat ini," katanya.

Dukungan sosial diperlukan untuk memberikan jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar saat menjalani isoman. Tak hanya dukungan sosial, masyarakat diharapkan juga tidak memberikan pelabelan atau stigmatisasi terhadap pasien Covid-19. Sebab adanya stigma menjadikan pasien Covid-19 memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi dibandingkan saat sebelum terinfeksi Covid-19.

"Tak lupa jaminan suplai yang adekuat termasuk soal informasi," pungkasnya.

Ia pun mengimbau bagi yang menjalani isoman untuk  tidak ragu melakukan  konsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan terkait gejala yang dirasakan. Dengan begitu, jika ada perubahan derajat gejala bisa segera terdeteksi dan tertangani. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya