Peneliti Thailand Klaim Antibodi dari Vaksin Sinovac Turun 50 Persen Setelah 40 Hari

Setelah 40 hari, kekuatan vaksin Sinovac luntur 50 persen dalam melawan COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Jul 2021, 20:47 WIB
Seorang perawat menyuntikkan vaksin Covid-19 CoronaVac dari Sinovac di Institut Penyakit Menular Bamrasnaradura di Bangkok, Thailand, Minggu (28/2/2021). Tenaga medis dan relawan kesehatan menjadi golongan pertama yang menerima vaksin Covid-19 tersebut. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Penelitian di Thailand mengungkap bahwa antibodi dari vaksin Sinovac berkurang hingga 50 persen dalam 40 hari saja. Faktor usia tua juga memberikan dampak negatif.

Dilaporkan Bangkok Post, Selasa (13/7/2021), penelitian vaksin COVID-19 itu dilakukan oleh Universitas Thammasat di Bangkok dan National Centre for Genetic Engineering and Biotechnology (Biotec).

Pada 500 orang yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Sinovac, level antibodi mereka turun 50 persen setiap 40 hari, demikian penjelasan Anan Jongkaewwattana, direktur Veterinary Health Innovation and Management Research Group of Biotec.

Semakin lama jarak dosis pertama dan kedua juga bisa memberi dampak negatif kepada level antibodi dari Sinovac. Anan berkata kekuatan melawan strain original corona turun 50 persen apabila mendapatkan dosis kedua setelah 60 hari.

Level antibodi bagi penerima Sinovac yang berusia di atas 40 tahun juga lebih rendah ketimbang yang lebih muda.

Meski demikian, pihak komite kesehatan publik di Senat Thailand menyebut vaksin ampuh mengurangi infeksi COVID-19 dan kematian di kalangan tenaga kesehatan. Mayoritas nakes di Thailand disuntik Sinovac.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.


Tak Kuat Lawan Varian Gamma

Dokter menunjukkan botol vaksin virus corona COVID-19 produksi Sinovac saat kegiatan vaksinasi di Puskemas Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (14/1/2020). Sejumlah Puskesmas di Jabodetabek mulai melakukan vaksinasi COVID-19 pada hari ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Penelitian di Brasil juga menunjukan Sinovac tak kuat lawan varian Gamma. Vaksin COVID-19 Sinovac, 'alat' utama dalam perang Brasil melawan pandemi, dianggap kurang efektif terhadap varian Gamma yang pertama kali terdeteksi di negara Amerika Selatan tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksin bekerja kurang baik terhadap varian Gamma, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (9/7). 

Kapasitas Gamma untuk menghindari respons sistem kekebalan kerap berhasil dan bahkan terjadi pada orang yang sudah divaksinasi, kata penelitian.

Dalam studi kecil, para peneliti di University of Campinas di Brasil memaparkan baik Gamma dan jenis varian sebelumnya mampu memaparkan banyak orang yang sudah divaksinasi.

Dalam kelompok yang divaksinasi, 18 orang menerima satu dosis Sinovac, sementara 20 orang menerima suntikan kedua dan 15 lainnya telah divaksinasi Sinovac pada uji klinis Agustus 2020.

Mereka menemukan bahwa Gamma mampu lolos dari antibodi hampir ke semua peserta yang hanya menerima satu dosis, serta mereka yang divaksinasi pada tahun 2020.

Sinovac telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaan darurat pada Juni 2021.

Pada saat itu, WHO mengatakan bahwa vaksin Sinovac memiliki kemanjuran 51 persen terhadap penyakit simtomatik dan 100 persen terhadap rawat inap.

 


Infografis COVID-19:

Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya