Liputan6.com, Jakarta - Menggandeng KlikDokter, Lifebuoy menggagas "Lifebuoy Dokter Keluarga" untuk mendukung orangtua merawat kesehatan anak mereka, terutama selama pandemi. Kolaborasi kedua pihak menghadirkan layanan telemedicine atau konsultasi online dengan dokter umum dan dokter spesialis anak.
"Kami para ibu tentu butuh layanan kesehatan dan edukasi pencegahan penyakit COVID-19 maupun non-COVID-19 untuk anak. Tapi di kondisi sekarang, untuk mendatangi rumah sakit, ada dilema karena berisiko tertular virus," kata Titi Kamal, brand ambassador Lifebuoy Indonesia, dalam jumpa pers virtual, Selasa, 13 Juli 2021.
Maulani Affandi, Head of Skin Cleansing and Baby PT Unilever Indonesia Tbk, mengatakan bahwa layanan daring ini hadir untuk mengurangi kekhawatiran para orangtua. Namun, ada biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkannya.
Baca Juga
Advertisement
"Setiap pembelian produk Lifebuoy Total 10 kemasan khusus KlikDokter, konsumen akan mendapat kode voucer untuk mengakses Lifebuoy Dokter Keluarga," katanya. Selanjutnya, konsumen membuka aplikasi KlikDokter. Log in atau Register untuk mengakses akun Anda, dan ikuti langkah-langkahnya di sana.
Setelah masuk ke halaman depan aplikasi, pilih "Lifebuoy Dokter Keluarga." Kemudian, masukkan kode voucher yang didapatkan, pilih dokter yang akan menangani sesi konsultasi, dan sampaikan keluhan melalui chat.
Maulani menjelaskan, layanan konsultasi online ini tersedia selama 24 jam dengan jadwal dokter anak pukul 14.00--20.00 WIB, sementara dokter umum pada pukul 20.00--14.00 WIB. "Tidak hanya bulan ini, layanan konsultasi dengan dokter anak rencananya akan ada sampai satu tahun ke depan," imbuh Dino Bramantyo, Direktur Utama KlikDokter.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertolongan Pertama pada Anak
dr. Kanya Ayu Paramastri selaku dokter spesialis anak, mengatakan bahwa konsultasi online dengan ahli merupakan pertolongan pertama pada kondisi anak. "Selain juga mengurangi risiko paparan infeksi virus," katanya.
Ia menjelaskan, di kondisi sekarang, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan untuk terus memerhatikan kondisi anak, menghindari aktivitas di luar rumah, serta menunda imunisasi hingga tiga minggu ke depan.
Dia menambahkan, selain COVID-19, masih ada beberapa penyakit yang mengintai anak. "DBD lagi tinggi juga angkanya. Kemudian, kejang karena demam biasa, diare, pilek, dan batuk," katanya.
Advertisement
Penanganan per Tahap
Dalam penanganan, dr. Kanya menjelaskan, anak memang akan diminta mengetes antigen dulu untuk memastikan penyakitnya bukan COVID-19. "Kalau bukan, biasanya akan direkomendasikan ke poliklinik rawat jalan," katanya.
Di kondisi tersebut, telemedicine juga lebih disarankan. Konsultasi online ini dikatakannya bisa mengarahkan orangtua dalam memberi penanganan sesuai kondisi anak secara tahap demi tahap. "Misal, saat anak kejang karena demam. Itu bisa dijelaskan harus apa dulu, kemudian selanjutnya apa," tuturnya.
Dengan tren kasus yang masih begitu tinggi, Titi mengatakan, ia dan keluarga kian memperketat protokol kesehatan. "Banyak makan sayur dan buah-buahan. Tidurnya juga harus cukup dan teratur," ucap ibu dua anak itu.
Infografis Waspada Anak Tertular COVID-19
Advertisement