Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta agar masyarakat yang tidak membutuhkan obat-obatan untuk terapi COVID-19, tidak menyimpannya sebagai stok dan memprioritaskan pasien yang sudah sakit.
"Kalau kita stok obat ini di rumah, saya mengerti itu memberikan rasa nyaman. Tapi itu mengurangi kans satu orang yang membutuhkan untuk mendapatkan akses dan dia bisa mati," kata Menkes, Senin (14/7/2021).
Advertisement
Dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI, Budi Gunadi juga mengungkapkan bahwa banyak perusahaan yang membeli obat untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu pada karyawannya.
"Tetapi yang perlu dipahami adalah itu menutup kesempatan orang-orang yang sangat membutuhkan sekarang untuk mendapatkan akses itu," kata Menkes.
Menkes pun mengimbau bagi perusahaan-perusahaan besar untuk tidak membeli obat-obatan terapi COVID-19. Menurutnya, apabila ada 10 ribu obat yang diborong, maka ada 10 ribu pasien membutuhkan yang kehilangan akses.
"Jadi biarkan mekanisme secara medis berlaku. Ini bukan untuk disimpan, di cadangan, untuk rasa aman, karena ini berbahaya. Nanti obatnya habis kalau dikejar semua," kata Menkes.
Budi Gunadi mengingatkan, obat-obatan untuk terapi COVID-19 hanya boleh diberikan oleh dokter atau rumah sakit, ke orang-orang yang sudah sakit dan membutuhkan.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Menkes Imbau Obat Dipakai untuk yang Butuh
Dalam rapat tersebut, Menkes mengakui bahwa memang ada orang-orang yang menyimpan obat-obatan atau oksigen untuk berjaga-jaga.
"Obat-obatan ini sama seperti oksgen. Jadi oksigen itu banyak juga orang-orang berada menengah ke atas, itu beli untuk distok sebagai cadangan," kata Menkes.
Budi Gunadi mengatakan bahwa dirinya tidak bisa melarang orang untuk menyimpan obat atau oksigen dengan alasan sebagai cadangan.
"Cuma yang bisa saya mengimbau adalah kalau itu dipakai sesuai tujuannya. Mungkin bisa menyelamatkan yang wafat. Mungkin bisa menyelamatkan yang butuh yang ada di rumah sakit," kata Budi Gunadi.
Lebih lanjut, Menkes mengatakan bahwa hal ini juga sama dengan obat-obatan. "Saya tidak bisa menyalahkan kalau misalnya ada satu perusahaan besar, dia borong obatnya, dia beli 20 ribu azithromycin buat cadangan."
"Kalau saya boleh mengimbau mungkin lebih baik bukan sebagai cadangan tapi benar-benar dikonsumsi untuk orang yang sudah sakit," kata Budi Gunadi.
Advertisement
Biarkan Obat Berjalan Sesuai Jalurnya
Menkes mengingatkan bahwa stok obat-obatan di Indonesia terbatas. "Kita bukannya tidak terbatas sekarang, yang ada di kita itu terbatas," ujar mantan Wamen BUMN itu.
"Jadi saya tidak bisa menyalahkan, sekali lagi, kalau orang-orang terutama yang berada ingin aman, dia ambil itu oksigen dan obatnya. Tapi kalau boleh saya mengimbau, biarkan obat-obatan dan oksigen ini berjalan sesuai jalurnya."
Budi Gunadi pun mengatakan, untuk obat-obatan terapi COVID-19, jalur distribusi sudah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui apotek dan rumah sakit. Hal ini karena mereka diberikan untuk orang yang sakit.
"Kalau mekanisme ini berjalan, mudah-mudahan siapa pun yang sakit termasuk keluarga kita, nanti bisa mendapatkan obat. Karena saya takut banyak obat-obat itu yang nyangkut sebagai stok di rumah tangga atau perkantoran."
Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19
Advertisement