Selain Email, Penjahat Siber Sering Kirimkan Phishing via WhatsApp dan Telegram

Kaspersky mengungkap, selain melalui email, penjahat siber juga kerap mengirimkan phishing melalui aplikasi pesan. Dua aplikasi pesan paling sering dikirimi link phishing adalah WhatsApp dan Telegram.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 15 Jul 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan. Adem AY/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Kaspersky mengungkap, aplikasi pesan (messaging) kini telah melampaui jejaring sosial, dalam hal alat komunikasi paling populer. Tidak heran jika aplikasi perpesanan jadi modus favorit penjahat siber dalam membagikan link atau tautan phishing.

Pengguna aplikasi pesan diprediksi mencapai 2,7 miliar orang. Pada 2023 jumlahnya diperkirakan naik hingga 3,1 miliar.

Kaspersky menganalisis, klik anonim pada link phishing di seluruh aplikasi messaging (misalnya WhatsApp, Viber, Telegram, dan Hangouts), dari Desember 2020 hingga Mei 2021, sebanyak 91.242 kali.

Berdasarkan statistik, Kaspersky Internet Security for Android mendeteksi jumlah link phishing paling banyak ada di WhatsApp (84,9 persen). Hal ini tidak dimungkiri karena WhatsApp merupakan aplikasi chatting terpopuler di dunia.

Jumlah pesan phishing paling banyak dideteksi di Rusia (42 persen), Brasil (17 persen) dan India (7 persen).

Statistik Kaspersky menemukan, di Indonesia terdeteksi ada 738 tautan phishing di WhatsApp dan 39 deteksi untuk Telegram dari Desember 2020 hingga Mei 2021.

Berdasarkan Kaspersky Internet Security for Android, Telegram memiliki jumlah deteksi paling sedikit, namun secara geografi mirip WhatsApp. Tautan paling banyak dideteksi di Rusia, India, dan Turki.


Viber hingga Hangouts

Ilustrasi scam, penipuan, phising. Kredit: Mohamed Hassan via Pixabay

Sementara, Viber dan Hangouts menerima lebih sedikit catatan deteksi. Perbedaan utama di antara keduanya adalah dalam representasi global.

Jumlah deteksi untuk Viber terbesar di Rusia (89 persen) diikuti Ukraina (5 persen) dan Belarusia (2 persen). Sementara sebagian deteksi Hangouts berasal dari AS (39 persen) dan Prancis (39 persen).

Dalam jumlah, serangan phishing terbanyak ada di WhatsApp dan paling banyak ditemukan di Brasil disusul India. Rusia menjadi peringkat tertinggi dalam jumlah deteksi berbahaya Viber (305) dan Telegram (79).

Analis Konten Web Senior Kaspersky, Tatyana Shcherbakova mengatakan, berdasarkan statistik, aplikasi pesan instan menjadi salah satu alat terpopuler di kalangan scammer.

"Sebagian karena popularitas aplikasi ini makin luas di kalangan pengguna dan kemampuan fungsionalitas bawaan pada aplikasi untuk meluncurkan serangan," kata Tatyana.

Lebih lanjut dia mengatakan, sulit menentukan apakah suatu serangan adalah phishing karena perbedaannya hanya satu karakter atau masalah kecil.

Tatyana mengatakan, solusi yang dapat dilakukan adalah kewaspaaan atas berbagai potensi serangan serta solusi andal dalam memerangi phishing.


Cara Hindarkan Diri Jadi Korban Phishing

Ilustrasi WhatsApp / WA. (Image by Tumisu from Pixabay)

Tips Kaspersky untuk hindarkan diri jadi korban phishing di aplikasi pesan:

- Waspada dan perhatikan kesalahan ejaan atau penyimpangan lainnya di sebuah tautan.

- Hindari skema rantai, yakni scammer meminta pengguna membagikan tautan berbahaya kepada kontak lainnya.

- Scammer sering pakai WhatsApp dan aplikasi pesan lain untuk berkomunikasi dan menyampaikan link, teliti jika link memiliki ejaan salah atau mengarahkan pengguna ke halaman berbeda.

- Meski pesan berasal dari orang terdekat, ingatlah bahwa akun mereka bisa diretas. Tetaplah berhati-hati.

- Gunakan solusi keamanan terpercaya dan ikuti rekomendasinya. 

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya