Investasi Properti Jadi Kunci Pertumbuhan hingga Penggerak Ekonomi

Potensi pertumbuhan sektor perumahan juga disokong sejumlah kebijakan Pemerintah.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Jul 2021, 21:55 WIB
Pengunjung memadati stan Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Sabtu (3/3). PEX 2018 merupakan pameran yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-68 Bank BTN pada 9 Februari mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Industri properti jadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman COVID-19. Pada kuartal I-2021, sektor real estat masih mencatatkan pertumbuhan 0,9 persen, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kian membaik.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Haru Koesmahargyo memaparkan, itu artinya sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian di tengah pandemi.

"Sektor properti adalah sektor yang cukup tangguh. Di mana relatif tahan terhadap turbulensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, bahkan saat pandemi," kata dia dalam  Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).

Dari tiap unit rumah yang terjual, pemerintah mendapatkan penerimaan negara dalam bentuk pajak PPH, PPN, BBN, PBB, dan BPHTB. Potensi pertumbuhan sektor perumahan juga disokong sejumlah kebijakan Pemerintah.

Hal itu antara lain program KPR BP TAPERA yang dimulai pada awal 2021, keberlanjutan dukungan KPR Subsidi Pemerintah tahun ini sebanyak 157,5 ribu unit, relaksasi kebijakan LTV properti untuk tingkatkan permintaan KPR. Serta insentif PPN dengan harga murah maksimal Rp 2 miliar untuk rumah tapak dan susun.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN, Sofyan Djalil optimistis sektor properti bisa bangkit kembali dan menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

"Investasi properti jadi kunci pertumbuhan sekaligus pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi COVID-19. Saya yakin sektor properti bisa bangkit dan jadi motor penggerak ekonomi Indonesia,” kata Sofyan.

Sejalan dengan itu, Sofyan mengatakan pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi dan kemudahan bagi industri properti. Setelah keluarnya UU 11 tahun 2020 Cipta Kerja dan berbagai aturan turunannya akan berdampak langsung bagi investasi sektor properti.

Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan PP Nomor 19/2021 tentang Pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. "Diharapkan PP mengenai bank tanah ini bisa mengatasi hambatan dan juga memberikan solusi ke depannya," kata Sofyan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Sektor Properti Bakal Bertahan

Pengunjung memadati stan Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Sabtu (3/3). PEX 2018 merupakan pameran yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-68 Bank BTN pada 9 Februari mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya industri properti harus evaluasi besar-besaran. Hal ini merujuk pada persebaran demografis penduduk Indonesia yang banyak diisi oleh generasi milenial. Data BPS per 2020, generasi dengan rentang usia 24 - 39 tahun itu mengisi 25,87 persen persebaran penduduk di Indonesia.

Sementara generasi di bawahnya lebih tinggi lagi, yakni 27,94 persen, dan generasi sebelumnya, yakni GenX sebesar 21,88 persen. Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk (PTPP), Novel Arsyad menilai, generasi milenial memiliki kecenderungan untuk memiliki hunian yang lebih praktis dan tidak muluk-muluk.

"Perilaku mereka ini berbeda beda. Bagaimana mereka melihat kebutuhan yang serba praktis saja. Mereka enggak mau pusing-pusing untuk cari rumah yang harus dilengkapi dengan interior yang harus dikerjakan sendiri, furnitur yang yang harus dikerjakan sendiri. Pemikiran mereka sudah berbeda (dengan generasi sebelumnya),” kata dia dalam  Investor Daily Summit 2021, Rabu, 14 Juli 2021.

Selain itu, Novel menyebutkan pandemi COVID-19 juga akan membawa perubahan perilaku konsumen khususnya di sektor properti. Konsumen memiliki kecenderungan untuk melirik properti dengan layanan kesehatan atau sanitasi yang mumpuni.

“Customer behaviour post pandemic sangat pengaruhi bagaimana kita proski properti ke depan baik apartment, office hotel maupun di mal,” imbuh Novel.

Saat ini, Novel mengungkapkan, apartemen sedang tidak banyak peminat dibandingkan rumah tapak (landed house). Untuk itu, Perseroan juga terus evaluasi bukan hanya untuk jangka pendek dan menengah, tetapi juga jangka panjang. Novel memaparkan, masa depan konstruksi rumah tapak adalah modular house.

"Saat ini sudah mulai kencang yang namanya residensial rumah sehat menjadi pilihan yang sangat luar biasa. Saat ini kebetulan PTPP juga memproses di salah satu bagian di Jakarta, di mana kita membuat landed house yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Dan keinginan customer lebih ke kepraktisan dan Rumah Sehat,” kata Novel.

Sejalan dengan fleksibilitas kerja yang bisa dilakukan secara remote, pasar serviced office dan coworking space diperkirakan akan menjadi alternatif. Ke depannya, hybrid office diperkirakan dapat menjadi alternatif lainnya.

Pandemi COVID-19 tampaknya juga mempengaruhi kesadaran konsumen untuk lebih mempertimbangkan pilihan penginapan ketika melakukan perjalanan jauh atau sekedar staycation.

Dalam paparannya, Novel mengatakan mayoritas wisatawan cenderung memilih akomodasi yang lebih luxury seperti hotel bintang 3 keatas, villa, atau resort yang dianggap lebih aman dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Kecenderungan untuk masuk ke hotel bintang 4 keatas itu makin besar karena security dari sis kesehatan mulai muncul. mereka merasa lebih save dengan prokes hotel bintang 4 ke atas. Ini menjadi perhatian ke depan bagaimana kita melihat pasar itu,” kata dia.

Sementara untuk pusat perbelanjaan atau mall, omni channel strategy diperkirakan akan menjadi standar industri dan menjadi mainstream strategy pasca pandemi. Hal itu seiring dengan masifnya konsumen yang berbelanja secara daring atau online, serta naiknya tuntutan seamless digital experience.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya