6 Fakta Menarik Tangerang yang Dijuluki Kota Benteng

Mengapa Tangerang dijuluki Kota Benteng?

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2021, 08:31 WIB
Kendaraan melintasi Gerbang Tol Pondok Ranji di Tangerang Selatan, Banten, Senin (18/1/2021). PT Jasa Marga (Persero) Tbk melakukan penyesuaian tarif tol lingkar luar Jakarta (JORR) seperti W2S, W2U, S, E, Ulujami-Pondok Aren, ATP, dan Bintaro Viaduct-Pondok Ranji. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tangerang termasuk salah satu wilayah aglomerasi di Jabodetabek yang berada di sebelah barat Ibu Kota Jakarta. Tangerang menjadi kota terbesar di Provinsi Banten dan ketiga terbesar di Jabodetabek setelah Jakarta dan Bogor.

Pada 2019, jumlah penduduk kota ini mencapai 2.185.304 jiwa. Penyangga ibu kota satu ini disebut-sebut sebagai kota paling nyaman se-Jabodetabek. Pasalnya, fasilitasnya tak kalah dari ibu kota mulai dari transportasi, pendidikan, sampai pusat perbelanjaan. Kondisi jalan di Tangerang juga terbilang tidak semacet Jakarta.

Selain itu, masih banyak hal-hal menarik lainnya tentang Tangerang. Berikut ini enam fakta menarik Tangerang yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Asal-usul Nama

Catatan sejarah mengungkapkan lahirnya Tangerang bermula dari sebutan sebuah tugu berbahan bambu yang didirikan oleh putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten, Pangeran Soegiri. Tugu tersebut berada di bagian Barat Sungai Cisadane.

Oleh masyarakat sekitar, tugu itu disebut "tengger" atau "tetengger" yang dalam bahasa sunda artinya tanda atau penanda. Selaras dengan julukannya, fungsi dari tugu itu memang sebagai penanda pembagian wilayah antara Kesultanan Banten dengan pihak VOC Belanda.

Kemudian pada 17 April 1684, terjadi penandatanganan perjanjian antara Sultan Abunnashri Abdulkahar, pewaris Kesultanan Banten, dengan VOC. Salah satu pasal perjanjiannya menyebutkan bahwa wilayah yang kala itu dikenal dengan 'Tangerang' sepenuhnya menjadi milik VOC, kantor dagang Belanda.

Waktu itu, VOC juga merekrut warga Makassar sebagai penjaga yang ditempatkan di sekitar wilayah benteng. Tentara VOC yang berasal dari Makassar tersebut tidak mengenal huruf mati. Mereka terbiasa menyebut “Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek itulah yang kemudian diwariskan hingga saat ini.

2. Dijuluki Kota Benteng

Pada masa pendudukan Belanda, Sultan Banten mengangkat tiga orang maulana yang bertugas untuk membantu perekonomian Kesultanan Banten untuk melawan VOC. Dalam perjuangan mengusir VOC, ketiganya membangun benteng pertahanan.

Daerah di sekitar benteng pertahanan itu kemudian disebut masyarakat sekitar dengan istilah daerah "Benteng" atau "Bentengan". Hal itulah yang mendasari Tangerang dikenal dengan sebutan Kota Benteng. Sisa "Bentengan" masih bisa ditemukan di beberapa titik di bawah permukaan air Sungai Cisadane yang kian melebar.

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


3. Bandara Soekarno-Hatta

Pemandangan pesawat Garuda Indonesia yang bisa dilihat dari bourding lounge Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (24/04). Terminal ini mampu 25 juta calon penumpang per tahun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Tak sedikit orang yang masih mengira bahwa Bandara Soekarno-Hatta, berada di Jakarta. Padahal, bandara ini sebenarnya berada di wilayah Tangerang, tepatnya di Kecamatan Benda dan sebagian Kecamatan Neglasari dan Batuceper.

Bandara Soekarno-Hatta mulai beroperasi pada 1 Mei 1985, menggantikan Bandara Kemayoran yang sudah tak layak lagi karena mulai dipadati penduduk. Bandara ini melayani penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga langganan jadi lokasi syuting banyak film dalam negeri.

4. Tradisi Lomba Perahu Naga

Setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Kong Hu Cu, masyarakat peranakan Tionghoa yang berada di seputaran Sungai Cisadane merayakan festival peh cun. Dalam festival itu digelar tradisi lomba perahu naga.

Disebut perahu naga karena bagian depan perahu dihiasi bentuk kepala naga dan bagian belakang dihiasi ekor naga. Dalam setiap perahu, ada alat musik yang dibunyikan sebagai aba-aba.

Para peserta diadu pacu menggunakan perahu naga mengarungi Sungai Cisadane. Kemeriahan selama perayaan ini dimaknai sebagai sebuah penghormatan kepada leluhur.

 

 


5. Wisata Kuliner Pasar Lama

Warga melihat pameran foto jurnalistik karya pewarta foto Indonesia Tangerang di kawasan Pasar Lama, Tangerang, Minggu (30/5/2021). Pameran foto bertajuk meredanya Covid-19 ini bertujuan agar masyarakat dapat mengenal bahaya Covid-19 yang tengah mewabah di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pasar Lama adalah destinasi favorit banyak orang saat berkunjung ke Tangerang. Kawasan ini menawarkan wisata kuliner malam yang buka sampai jam 23.00 WIB. Di sepanjang jalan Pasar Lama berderet pedagang kaki lima dan kios-kios yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman.

Salah satu yang unik adalah Tenda Dua Cobra. Warung ini menawarkan kuliner ekstrem olahan daging ular dan biawak seperti sate atau sop. Di kawasan ini juga terdapat tugu jam yang merupakan titik nol Tangerang. Anda dapat datang ke sini mulai jam 17.00 WIB karena sudah mulai ramai penjual.

6. Sayur Besan

Di Tangerang ada masakan unik bernama sayur besan yang dipengaruhi tradisi kuliner Betawi. Sayur ini dihidangkan saat orangtua mempelai pria datang ke rumah orangtua mempelai wanita, pada acara perkawinan atau besanan, sehingga dinamakan Sayur Besan.

Bahan yang digunakan pun juga unik, yakni terubuk atau biasa disebut masyarakat setempat bunga tebu. Di dalam terubuk terdapat bulir-bulir yang menyatu menjadi bonggol yang melambangkan dua keluarga menyatu dalam ikatan kekeluargaan lewat pernikahan. Menu tergolong istimewa di acara pernikahan adat Betawi karena melambangkan penghormatan terhadap orangtua mempelai. (Jihan Karina Lasena)


100 Titik Penyekatan di Jakarta

Infografis 100 Titik Penyekatan di Jakarta (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya