Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) memperingatkan agar masyarakat tidak menerima atau mencampurkan dua dosis vaksin COVID-19 dari jenis yang berbeda.
Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa mengatakan bahwa menerima dua dosis vaksin virus Corona dari dua jenis yang berbeda adalah sesuatu yang agak berbahaya.
Advertisement
Dalam konferensi pers WHO awal pekan ini, Soumya mengatakan bahwa sejauh data dan bukti ilmiah yang ada belum sampai pada mencampurkan dan mencocokkan vaksin.
"Ada studi yang berlangsung tentang ini dan kita harus menunggu," kata Soumya, ditulis Kamis (15/7/2021).
"Mungkin itu bisa jadi pendekatan yang baik, tetapi untuk saat ini, kita hanya memiliki data dari vaksin Oxford-AstraZeneca yang diikuti dengan Pfizer," ujarnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Individu Tak Boleh Memutuskan
Soumya melanjutkan, jika percampuran vaksin dilakukan, situasinya bisa menjadi kacau apabila masyarakat mulai memutuskan kapan dan siapa yang menerima dosis kedua, ketiga, dan keempat.
Dalam sebuah unggahan di akun Twitternya pada hari Selasa pekan ini, Soumya pun menjelaskan bahwa yang dia minta untuk tidak mencampur-campurkan vaksin COVID-19 adalah masyarakat secara individu.
"Individu tidak boleh memutuskan untuk diri mereka sendiri, lembaga kesehatan masyarakat bisa, berdasarkan dengan data yang tersedia," tulisnya di akun @doctorsoumya.
"Data dari studi mencampurkan dan mencocokkan vaksin berbeda sedang ditunggu, imunogenisitas dan keamanan dua-duanya perlu dievaluasi," katanya.
Advertisement
Kanada Beri Dua Dosis Vaksin mRNA Berbeda
Salah satu negara yang diketahui telah melakukan pencampuran vaksin COVID-19 adalah Kanada. Dikutip dari CBC, negara itu sudah melakukannya selama beberapa pekan, berdasarkan studi dari Spanyol dan Inggris.
Studi dari Spanyol dan Inggris menemukan bahwa menggabungkan AstraZeneca dengan Pfizer aman dan efektif untuk mencegah COVID-19.
National Advisory Committe on Immunization (NACI) Kanada menyebut vaksin corona Moderna dan Pfizer sama-sama vaksin berbasis mRNA, maka keduanya dapat digunakan secara bergantian.
"Vaksin serupa dari produsen yang berbeda digunakan ketika pasokan vaksin atau program kesehatan masyarakat berubah," kata Public Health Agency of Canada (PHAC).
"Produk vaksin yang berbeda telah digunakan untuk melengkapi rangkaian vaksin untuk influenza, hepatitis A, dan lainnya," ujar PHAC dalam pernyataannya.
Infografis Benarkah Vaksin Covid-19 Bikin Kekebalan Tubuh 100 Persen?
Advertisement