Pemerintah Dorong Perguruan Tinggi Segera Hasilkan Oksigen Kosentrator

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong agar perguruan tinggi segera memproduksi oksigen kosentrator.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 15 Jul 2021, 10:16 WIB
Seorang pekerja medis memantau pasokan tangki oksigen ke berbagai bangsal di sebuah rumah sakit di Lhokseumawe, Aceh, Selasa (7/7/2021). Indonesia memperluas pembatasan untuk memerangi gelombang virus corona COVID-19 yang mematikan. (Azwar Ipank/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong agar perguruan tinggi segera memproduksi oksigen kosentrator. Menurut dia, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak telah menghubungi sejumlah perguruan tinggi, terutama yang memiliki fakultas teknik.

Adapun oksigen konsentrator merupakan alat yang dapat mengonversi udara menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen hanya dengan disambungkan atau dicolokkan langsung ke aliran listrik.

"Saya yakin di sini ada perguruan tinggi-perguruan tinggi hebat yang bisa menciptakan itu sesegera mungkin karena itu juga tidak membutuhkan teknologi tinggi," ujar Muhadjir dikutip dari siaran persnya, Kamis (15/7/2021).

Dia mengatakan, pemerintah terus mengupayakan kekurangan oksigen untuk penanganan Covid-19. Muhadjir ingin perguruan tinggi dan industri mengoptimalkan produksi oksigen untuk memenuhi kebutuhan di sektor medis.

Muhadjir menilai oksigen konsentrator buatan perguruan tinggi akan dapat membantu mengantisipasi kekurangan pasokan oksigen. Tidak hanya di rumah sakit (RS), tetapi juga pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri.

"Untuk di Jawa Timur kondisinya relatif sudah cukup baik, hanya masalahnya bagaimana memastikan mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri yang memang suatu saat butuh bantuan oksigen agar bisa tertangani dengan baik," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saling Bantu

Pada sisi lain, Muhadjir mengimbau kepada masyarakat yang telah membeli oksigen dan menyimpannya di rumah agar dapat meminjamkan tetangganya yang sedang isoman dan membutuhkan oksigen. Sedangkan untuk tabung yang kosong segera dikembalikan.

"Jangan disimpan karena dengan disimpan itu menyebabkan kita banyak sekali kekurangan tabung oksigen. Kita tahu seperti di RS lapangan itu tidak mungkin disuplai oksigen likuid dengan tanki-tanki yang besar itu, tetapi pakai tabung yang kecil-kecil. Kalau itu kemudian hilang dari pasar akan menyulitkan kita semua," tutur Muhadjir.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya