Liputan6.com, Jakarta - Realisasi investasi pariwisata menunjukkan tren naik pada akhir 2020, setelah sempat merosot pada kuartal II. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menuturkan, realisasi investasi pariwisata pada 2020 mencapai USD 2,15 miliar, atau Rp 30,99 triliun.
Rinciannya, penanaman modal asing (PMA) sekitar USD 615,27 juta atau Rp 8,85 triliun. Asal negaranya yakni Singapura USD 380,35 juta atau Rp 5,48 triliun, Honkong USD 45,94 juta atau Rp 0,66 triliun, dan Australia USD 45,94 juta atau Rp 0,66 triliun.
Advertisement
Dari jenis usahanya, paling banyak adalah di bidang akomodasi mencapai USD 380,57 juta atau Rp 5,48 triliun. Kemudian kawasan pariwisata dan penyediaan makanan minuman masing-masing USD 86,17 juta atau Rp 1,74 triliun.
Adapun daerah tujuan paling banyak Bali senilai USD 194,24 juta atau Rp 2,80 triliun. Kepulauan Riau, USD 111,89 juta atau Rp 1,61 triliun, dan DKI Jakarta USD 88,06 juta atau Rp 1,27 triliun.
“Saya baru saja saksikan penandatanganan kerja sama antara Paramount Parks and Resort. Paramount adalah perusahaan besar di bidang ekonomi kreatif yang akan tanamkan investasi di Kabupaten Jembrana, Bali,” kata Sandiaga Uno dalam Investor Daily Summit 2021, Kamis (15/7/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kontribusi Investasi Pariwisata Masih Rendah
Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat sebesar USD 1,54 miliar atau Rp 22,12 triliun. Rinciannya, paling banyak untuk akomodasi sebesar Rp 9,17 triliun, kawasan pariwisata Rp 8,76 triliun, serta penyediaan makanan dan minuman sebesar Rp 1,03 triliun. Dengan daerah tujuan investasi paling besar di DKI Jakarta sebesar Rp 4,83 triliun. Disusul Banten Rp 3,21 triliun, dan Jawa Barat sebesar Rp 3,06 triliun.
"Kita terharu, bahwa di tengah pandemi kegiatan investasi masih terus dilaksanakan," kata Sandiaga.
Saat ini, kontribusi investasi pariwisata terhadap realisasi investasi nasional masih rendah. Yakni hanya 3,74 persen di 2020. Untuk itu, Kemenparekraf akan tandatangani MoU dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk percepatan realisasi investasi pariwisata.
"Kami akan tandatangani MoU dengan Bahlil Lahadalia (Kepala BKPM) karena kita ingin ada percepatan. Saat yang terbaik untuk melakukan investasi adalah saat ada ‘VUCA’. Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Oleh karena itu kita ingin dorong investasi sebagai bagian strategi untuk bangkit saat sulit," pungkas dia.
Advertisement