IPO, Startup Unicorn Bakal Dominasi di Indeks LQ45 dan MSCI Indonesia

Perusahaan rintisan atau startup unicorn di bursa berpotensi mendominasi indeks LQ45 dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Jul 2021, 18:07 WIB
Ilustrasi Startup - Kredit: rawpixel via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki sejumlah perusahaan rintisan (startup) yang berpotensi untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, Indonesia memiliki setidaknya tujuh startup unicorn dan tak kurang dari 25 startup level centaurs.

"Jadi Indonesia di Southeast Asia adalah negara terbaik untuk mencari new Unicorn atau perusahaan bervaluasi USD 1 miliar,” ujar Komisaris BEI yang juga merangkap sebagai Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir dalam Investor Daily Summit 2021, Kamis (15/7/2021).

Pandu menilai, masuknya startup unicorn di bursa berpotensi mendominasi indeks LQ45 dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index.

"Apabila tech unicorn masuk, dan ini sekarang sudah ada satu yang masuk ke bursa. Kemungkinan besar mereka akan mendominasi LQ45 atau MSCI Indonesia," kata Pandu.

Adapun startup yang telah mengumumkan bakal melantai di BEI yakni PT Bukalapak.com atau Bukalapak. Pandu mengatakan, Bukalapak akan masuk dalam peringkat ke 20 dalam MSCI Indonesia Indeks, dengan kapitalisasi pasar di kisaran USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,86 triliun (kurs Rp 14.506 per USD).

"Ada Bukalapak. Di mana mereka akan langsung paling tidak ranking ranking 20 di MSCI Indonesia Indeks,” kata dia.

Selain itu, GoTo Group, hasil merger Gojek dan Tokopedia juga berencana gelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). "Kalau perusahaan-perusahaan lain masuk itu akan menambah dominasi di MSCI indeks,” imbuh Pandu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BEI Ungkap Prospek IPO Unicorn di Indonesia

Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan penyesuaian, termasuk dari sisi regulasi untuk mengakomodir perusahaan rintisan (startup) untuk melantai di Bursa. Tak terkecuali bagi startup dengan level unicorn.

Komisaris BEI, Pandu Putra Sjahrir menilai, pandemi COVID-19 mendorong sejumlah perusahaan berbasis teknologi digital naik daun. Hal itu merupakan buntut dari pemberlakuan pembatasan sosial. Sehingga mau tidak mau masyarakat beralih mengandalkan layanan daring untuk memenuhi hampir semua kebutuhan sehari-hari.

"Perusahaan-perusahaan e-commerce yang akan masuk ke bursa itu akan memberikan tambahan quality of emiten yang besar-besar, jadi saya rasa positif,” ujar Pandu dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa, 6 Juli 2021.

Pandu mengakui. pandemi COVID-19 memang mendorong akselerasi digital di dalam negeri. Bahkan, dengan progres yang saat ini berlangsung, Pandu mengatakan akselerasi teknologi di dalam negeri bisa berlangsung 3-5 tahun lebih cepat dari perkiraan.

“Gara-gara COVID-19, akselerasi teknologi kita 3-5 tahun lebih cepat. Sekarang mau enggak mau semua menggunakan teknologi untuk sehari-hari karena lebih efisien," ujar dia.

Saat ini, Pandu melihat implementasi digitalisasi ini banyak ditemukan di kota besar, termasuk transaksi tanpa uang tunai (cashless).

Namun ke depan, Pandu mengatakan hal ini akan diadopsi oleh kota kecil lainnya di tanah air. Bahkan, kini digitalisasi sudah merambah pada sektor UMKM. "Dengan adanya (perusahaan teknologi) tadi, akan jadi game changer untuk bursa kita," ujar Pandu.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya