IPO Unicorn Bakal Memantik Kemunculan Startup Baru

Perusahaan rintisan (startup) unicorn mencatatkan saham di BEI turut mendorong pertumbuhan ekosistem digital.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Jul 2021, 19:00 WIB
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi pasar digital terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan ini salah satunya diakselerasi selama pandemi COVID-19.

Partner Venturra Capital Raditya Pramana memaparkan, ukuran pasar dari ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 124 miliar pada 2025. Atau naik 23 persen dari posisi 2020 di USD 44 miliar.

Selama pandemi COVID-19 berlangsung, arus pendanaan modal atau  investasi digital di Indonesia turut meningkat lebih dari dua kali lipat sepanjang 2020. Dengan nilai rata-rata per investasi USD 58,3 juta, atau melonjak tajam dari 2019 yang hanya USD 18 juta. Hal itu menjadikan Indonesia dirujuk sebagai pasar digital dan teknologi paling menarik di Asia utamanya.

”Asia Tenggara pasar yang hot, tapi Indonesia secara spesifik yang paling panas dan paling seksi,” kata Raditya dalam Investor Daily Summit 2021, Kamis (15/7/2021).

Dalam kesempatan ini, Raditya juga mengatakan perusahaan rintisan (startup) unicorn mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mendorong pertumbuhan ekosistem digital.

"Gelombang pertama dari IPO perusahaan teknologi adalah sebuah milestone penting yang akan mendorong pertumbuhan ekosistem digital,” kata dia.

Startup yang mencatatkan saham di Bursa dinilai akan sebabkan ekspansi exit opportunities pada investor teknologi. Hal itu akan mendorong minat dari investor lokal dan asing.

Sejalan dengan itu, juga akan terjadi peningkatan tren akses pendanaan kepada perusahaan teknologi untuk terus berkembang dan berinovasi.

“Retribusi pendanaan dan investasi kepada startup baru akan mendorong kemunculan pengusaha startup generasi baru. Jadi kami berekspektasi ada gelombang baru perusahaan startup di Indonesia,” tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bakal Dominasi Indeks LQ45 dan MSCI

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indonesia memiliki sejumlah perusahaan rintisan (startup) yang berpotensi untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, Indonesia memiliki setidaknya tujuh startup unicorn dan tak kurang dari 25 startup level centaurs.

"Jadi Indonesia di Southeast Asia adalah negara terbaik untuk mencari new Unicorn atau perusahaan bervaluasi USD 1 miliar,” ujar Komisaris BEI yang juga merangkap sebagai Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir dalam Investor Daily Summit 2021, Kamis, 15 Juli 2021.

Pandu menilai, masuknya startup unicorn di bursa berpotensi mendominasi indeks LQ45 dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index.

"Apabila tech unicorn masuk, dan ini sekarang sudah ada satu yang masuk ke bursa. Kemungkinan besar mereka akan mendominasi LQ45 atau MSCI Indonesia,” kata Pandu.

Adapun startup yang telah mengumumkan bakal melantai di BEI yakni PT Bukalapak.com atau Bukalapak. Pandu mengatakan, Bukalapak akan masuk dalam peringkat ke 20 dalam MSCI Indonesia Indeks, dengan kapitalisasi pasar di kisaran USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,86 triliun (kurs Rp 14.506 per USD).

"Ada Bukalapak. Di mana mereka akan langsung paling tidak ranking ranking 20 di MSCI Indonesia Indeks,” kata dia.

Selain itu, GoTo Group, hasil merger Gojek dan Tokopedia juga berencana gelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). “Kalau perusahaan-perusahaan lain masuk itu akan menambah dominasi di MSCI indeks,” imbuh Pandu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya