Booming Operasi Plastik di China, Bisa Daftar Lewat Aplikasi dan Lebih Murah

Sejak diluncurkan pada tahun 2013, pengguna Gengmei telah melonjak dari 1 juta menjadi 36 juta kali didownload. Lebih dari setengahnya adalah wanita muda berusia dua puluhan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 19 Jul 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi operasi plastik (dok.unsplash/ H Shaw)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah aplikasi operasi plastik bermunculan untuk membantu penggunanya mendapatkan ahli bedah plastik di China. Jumlah peminatnya melonjak drastis sejak diluncurkan pada 2013. 

Dilansir dari BBC, seorang warga bernama Ruxin yang berusia 23 tahun seperti kebanyakan teman sebayanya rutin menggunakan media sosial setiap hari. Adapun yang ia cari yaitu pembaruan tentang operasi plastik.

Ruxin memang berencana untuk menjalani operasi kelopak mata ganda, yaitu membuat lipatan pada kelopak mata yang dilakukan oleh ahli bedah, sehingga matanya akan tampak lebih besar.

"Ada begitu banyak klinik di kota ini, tetapi saya ingin memastikan bahwa saya pergi ke klinik yang bagus. Karena ini mengenai wajah saya sendiri," katanya.

Gengmei yang memiliki arti 'lebih cantik' dalam bahasa China, merupakan salah satu dari beberapa platform jejaring sosial di China yang didedikasikan untuk bedah kosmetik. Penggunanya bisa mengetahui informasi pembaruan status tentang hal-hal terkait operasi plastik, dan itu termasuk operasi sedot lemak dan operasi hidung.

Hasil pencarian dapat disaring berdasarkan wilayah, perawatan dan klinik. Sejak diluncurkan pada tahun 2013, pengguna Gengmei telah melonjak dari 1 juta menjadi 36 juta kali diunduh. Lebih dari setengah yang mengunduh adalah wanita muda berusia dua puluhan.

Penduduk Guangzhou masuk ke aplikasi Gengmei secara teratur untuk mencari ahli bedah yang dianggap paling cocok.

Simak Video Berikut Ini:


Platform Bedah Kosmetik So-Young

Demikian pula, platform bedah kosmetik So-Young telah melihat pengguna aktif bulanannya tumbuh, dari 1,4 juta pada 2018 menjadi 8,4 juta bulan ini.

Popularitas mereka merupakan indikasi dari perubahan sikap terhadap operasi plastik di China, yang kini negara tersebut telah melakukan lebih banyak operasi setelah AS daripada negara manapun di dunia.

Ini ditemukan paling banyak diterima oleh Gen Z (anak-anak kelahiran tahun setelah 1996). Lazim pada usia tersebut untuk melakukan prosedur seperti itu meskipun topik tersebut dianggap tabu di masa lalu.

Ruxin, yang bekerja di ritel fashion, mengatakan bahwa teman-temannya secara terbuka berbicara tentang prosedur bedah kosmetik.

"Bahkan jika orang tidak mengumumkan kalau mereka telah melakukan suatu prosedur bedah plastik, mereka tidak akan menyangkalnya jika Anda bertanya kepada mereka tentang hal itu," jelasnya.

Menurut laporan Deloitte, nilai pasar di China hampir tiga kali lipat dalam empat tahun menjadi sekitar 177 miliar yuan ($ 27,3 miliar; £ 19,7 miliar; Rp 396 triliun) pada tahun 2019, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 28,7 persen, jauh di atas tingkat global sebesar 8,2 persen.

Menurut laporan juga, saat ini prosedur yang paling populer yaitu menciptakan kelopak mata ganda dan garis rahang berbentuk V, lalu pembaruan mode operasi baru, serta meruncingkan telinga seperti milik peri.

Jika ini terus berlanjut, The Global Times memperkirakan China bisa menjadi pasar bedah kosmetik terbesar di dunia pada pertengahan dekade ini.

 


Perlu Regulasi Ketat

Sayangnya, lonjakan minat penduduk terhadap bedah plastik di China juga datang bersamaan dengan kekurangannya.

Menurut laporan Global Times, negara itu memiliki lebih dari 60.000 klinik bedah plastik tanpa izin pada 2019. Klinik-klinik itu bertanggung jawab atas sekitar 40.000 kecelakaan medis setiap tahun, rata-rata 110 operasi yang gagal per hari, tambah laporan itu.

Dalam salah satu kasus paling terkenal, aktris Gao Liu berbagi gambar secara online tentang prosedur kosmetik yang membuatnya mengalami nekrosis pada hidung, yang berarti jaringan di pucuk hidungnya telah mati.

Ia mengatakan untuk perbaikan membutuhkan lebih banyak operasi. Untuk komplikasinya telah menelan biaya lebih dari 400.000 yuan (sekitar RP 896 juta) untuk memperbaiki selaput.

Sementara itu, dokter yang merawatnya diskors selama enam bulan, dan rumah sakit mendenda 49.000 yuan (sekita Rp 110 juta).

Banyak pengguna internet yang merasa hukumannya terlalu ringan.

"Ini adalah hukuman karena melumpuhkan seseorang?" tulis seorang pengguna saat ia menuntut regulasi industri yang lebih baik.

Bulan lalu, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan kampanye yang menargetkan penyedia bedah kosmetik tanpa izin, termasuk menyelidiki keluhan pelanggan dengan lebih cepat.

 


Mengapa banyak yang berani mengambil risiko?

Banyak orang di China sangat mementingkan penampilan dan kata kunci pencarian 'untuk menjadi cantik' mendorong tren bedah kosmetik, kata para ahli, dikutip dari BBC.

Dr Brenda Alegre, seorang profesor studi gender di University of Hong Kong, mengatakan, "Mengupayakan diri menjadi ideal membuat seseorang lebih bergairah, bukan hanya untuk percintaan, tetapi juga untuk pekerjaan."

Ironisnya, pelamar kerja di China sering diminta untuk menyerahkan foto. Beberapa iklan pekerjaan juga merinci persyaratan fisik, terutama bagi wanita, bahkan jika mereka tidak diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu.

Laporan Human Rights Watch 2018 yang menyoroti iklan pekerjaan seksis China mengutip beberapa contoh termasuk salah satunya yang mencari sales pakaian yang menyenangkan secara estetika. Ada juga yang mencari kondektur kereta yang modis dan cantik.

Ditambah dengan semakin cepatnya akses internet sehingga menciptakan banyak peluang kerja baru, yang semuanya sangat bergantung pada penampilan seseorang. Sehingga para ahli mengatakan kalau kini ada fokus baru pada penampilan, lebih dari sebelumnya.

"Sampai batas tertentu, kecantikan dapat membawa lebih banyak peluang karier, misalnya, ada monetisasi dalam streaming langsung dan pembuatan konten video online," kata Wakil Presiden Gengmei, Wang Jun. Gengmei sendiri mengakui itupun hanya berlaku pada praktisi berlisensi di platformnya.

 


Tercantik hingga terjelek

Publikasi berita sering mengkritik selebritas karena penampilan mereka. Pada awal tahun ini, sebuah galeri seni Shanghai mempromosikan sebuah pameran yang mengurutkan gambar wanita dari tercantik hingga terjelek.

Lu Yufan, seorang fotografer yang berbasis di Beijing yang sedang mengerjakan sebuah buku tentang bedah kosmetik, mengatakan bahwa seiring bertambah dewasa, orang-orang akan sering berterus terang dalam hal penampilannya. Ia menceritakan pernah ada kerabatnya yang memberitahunya kalau ia mirip aktris di TV, bukan tokoh protagonis yang cantik, melainkan karakter sampingan yang lucu, kenang wanita berusia 29 tahun itu.

"Ketika saya masih di sekolah menengah, anak laki-laki juga menyebutkan siapa yang mereka pikir sebagai perempuan paling jelek di kelas. Mereka bilang saya No. 5."

Sehingga Lu sempat mengunjungi 30 klinik bedah plastik, dengan semua praktisi yang ia datangi tidak pernah menahan diri ketika memberitahunya bagaimana wajahnya dapat "ditingkatkan".

"Mereka sangat persuasif sehingga saya merasa sulit untuk mengatakan tidak, kecuali saya tidak punya uang untuk itu," katanya.

Ruxin mengatakan operasi kelopak matanya terjangkau, dengan biaya antara $300 (sekitar Rp 4 juta) dan $1,200 (sekitar Rp 17 juta). Tapi itu baru langkah pertama.

"Jika ini berjalan dengan baik, saya mungkin akan semakin memperbaik diri. Siapa pula yang tidak ingin menjadi lebih cantik?" pungkas Ruxin dengan percaya diri.


Infografis Fenomena Operasi Plastik

Infografis Fenomena Operasi Plastik (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya