Liputan6.com, Jakarta - Asmat identik dengan nama suku di Papua, tetapi nama ini juga dipakai sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Ibu kotanya terletak di Distrik Agats. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Merauke pada 2004.
Kabupaten seluas 23.746 km2 itu awalnya terdiri dari enam distrik, di antaranya Agats, Ayam, Atsj, dan Pantai Kausari. Seiring berjalannya waktu, Kabupaten Asmat kini terdiri dari sepuluh distrik yang meliputi Agats, Atsj, Akat, Fayit, Pantai Kasuari, Sawa Erma, Suator, Kolf Brasa, Unir Sirau, dan Suru-suru.
Baca Juga
Advertisement
Jumlah penduduk di kabupaten ini mencapai 110.105 jiwa pada 2020. Suku Asmat merupakan penduduk aslinya yang banyak mendiami wilayah Papua bagian selatan. Populasinya terbagi dua, yaitu mereka yang hidup di pesisir pantai dan pedalaman. Perbedaan tempat tinggal itu memengaruhi cara hidup, struktur sosial, dan ritual mereka.
Selain itu, masih banyak hal-hal menarik lagi tentang Asmat. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Asmat yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
1. Penemuan Daerah Asmat
Pada 1770, sebuah kapal yang dinahkodai penjelajah Inggris, James Cook mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat. Saat itu muncul puluhan perahu lesung panjang yang didayung ratusan pria berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah,hitam, dan putih.
Mereka menyerang dan membunuh beberapa anak buah James Cook. Lalu, pada 1904, Kapal SS Flamingo mendarat di suatu teluk di pesisir barat daya Irian jaya. Peristiwa yang dialami James Cook dan anak buahnya terulang kembali.
Mereka didatangi oleh ratusan pendayung perahu lesung panjang tersebut. Namun, kali ini terjadi komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil menukar barang. Sejak itulah, orang mulai berdatangan ke daerah yang kemudian dikenal dengan Asmat tersebut.
2. Suku Asmat
Suku Asmat merupakan salah satu suku terbesar di Pulau Papua. Orang-orang Asmat percaya bahwa mereka berasal dari Fumeripits (Sang Pencipta). Menurut mereka, Fumeripits terdampar di pantai dalam keadaan sekarat kemudian nyawanya diselamatkan oleh sekelompok burung hingga pulih.
Karena merasa kesepian di daerah baru itu, ia membangun sebuah rumah panjang yang diisi dengan patung-patung dari kayu hasil ukirannya sendiri. Ia kemudian membuat tifa yang ditabuhnya setiap hari.
Tiba-tiba, patung-patung kayu tersebut bergerak mengikuti irama tifa yang dimainkan. Patung-patung itu lalu berubah menjadi wujud manusia yang hidup. Semenjak itu, ia terus mengembara dan membangun rumah panjang dan menciptakan manusia-manusia baru yang kemudian menjadi orang-orang Asmat seperti sekarang.
3. Ritual Kematian
Bagi suku Asmat, meninggalnya seseorang bukanlah disebabkan hal alamiah, melainkan ada roh jahat yang mengganggu dan menyebabkan orang tersebut meninggal. Maka itu, mereka percaya bahwa saat kerabat mereka sakit, harus dibuatkan pagar dari dahan pohon nipah agar roh jahat tidak bisa mendekatinya dan pergi.
Bila orang yang sakit itu meninggal, mereka akan berebut untuk memeluk dan menggulingkan badannya di lumpur. Mayatnya kemudian akan diletakkan di atas anyaman bambu hingga membusuk. Tulang belulangnya akan disimpan di atas pokok kayu, sedangkan tengkoraknya akan dijadikan bantal sebagai simbol kasih sayang terhadap kerabat mereka yang sudah meninggal.
Orang yang meninggal tersebut akan dibuatkan ukiran orang atau disebut mbis. Mereka percaya bahwa roh orang meninggal masih berkeliaran di sekitar rumah mereka.
4. Satai Ulat Sagu
Suku Asmat punya kuliner khas yang cukup unik, yakni sate ulat sagu. Masyarakat mengolah kuliner ini dengan cara membungkus ulat sagu ke dalam daun nipah, kemudian ditaburi dengan sagu dan dipanggang.
Rasa satenya merupakan kombinasi asin, gurih, dan manis dengan tekstur luar yang keras dan lembut di dalam. Walaupun terkesan ekstrem, ulat sagu mengandung protein yang tinggi. Kuliner ini sangat mudah ditemukan di sana.
Advertisement
4. Punya Situs Warisan Dunia UNESCO
Papua mempunyai taman nasional terluas se-Asia Tenggara, yakni Taman Nasional Lorentz. Luas kawasan ini mencapai 2,4 juta hektare. Saking luasnya, taman nasional ini masuk ke 10 kabupaten, termasuk Kabupaten Asmat. taman nasional ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada 1999.
Selain itu, WWF juga menetapkan Taman Nasional Lorentz sebagai kawasan konservasi terluas dan terlengkap ekosistemnya di Asia Pasifik. Taman nasional ini menyimpan segudang pesona. Ekosistem yang ada di sana lengkap, mulai dari ekosistem perairan laut, ekosistem hutan rawa air tawar, dan bahkan ekosistem pegunungan salju abadi. Taman nasional ini merupakan rumah bagi sembilan spesies burung endemik seperti kasuari dan cendrawasih.
6. Pulau Sengsara
Pulau Sengsara atau dikenal juga Pulau Fumeripits merupakan desa budaya yang mudah dikunjungi para wisatawan. Pulau yang terletak di Distrik Akat ini menawarkan pengalaman menikmati berbagai macam olahan sagu yang dibuat masyarakat setempat.
Masyarakat setempat juga akan menyambut hangat wisatawan yang tertarik dengan musik khas mereka. Tak heran, kegiatan belajar bermusik bersama masyarakat lokal menjadi pemandangan yang sering dijumpai. (Jihan Karina Lasena)