Liputan6.com, Jakarta Pham Nhat Vuong, miliarder pemilik unit otomotif VinGroup akan meluncurkan kendaraan listrik terbaru di salah satu showroom Amerika Utara dan Eropa pada Maret 2022. Keberadaan mobil listrik ini akan menjadi penantang baru Tesla.
Mobil listrik ini akan diproduksi VinFast. “Dengan mobil listrik pintar yang diproduksi VinFast, kami yakin dapat menjadi pesaing yang kompetitif dengan merek-merek terkenal di Amerika saat ini,” jelas Chief Growth Officer Jeremy Snyder, seperti melansir Forbes, Jumat (16/7/2021).
Advertisement
Perusahaan telah merekrut beberapa eksekutif senior dari produsen mobil besar seperti Tesla, BMW, Porsche, Toyota, dan Nisan untuk membuat mobil listrik pintar dalam lingkup global.
Snyder merupakan mantan kepala bisnis global yang pernah bekerja di perusahaan Tesla. Ia sempat berada di berbagai posisi di manajemen senior selama lebih dari satu dekade hingga 2018.
VinFast telah mendirikan cabang di seluruh Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Belanda untuk mempersiapkan peluncuran global dari mobil pintar listrik barunya.
Pameran ini akan dilaksanakan pada Oktober dengan dua model mobil listrik pintar, yaitu VF e35 dan VF e36. Kedua produk akan diluncurkan dan dijual secara bersamaan secara global pada Maret 2022.
Target penjualan perusahaan adalah menjual 56 ribu kendaraan pada 2020, tetapi dipangkas menjadi 15 ribu saja karena kekurangan chip global. Hal tersebut dijelaskan langsung oleh miliarder Vuong selaku Pemimpin VinGroup.
Saksikan Video Ini
Berambisi Melakukan Lompatan
VinGroup menjadi perusahaan yang baru-baru ini mendapatkan lisensi untuk menguji kendaraan listriknya dengan fitur self-driving di California bersama Tesla.
Tujuan utama dari perusahaan berusaha untuk menaklukan pasar, khususnya pasar mobil terbesar di dunia.“Rencana ke depan yang akan diambil adalah membangun sebuah pabrik”, ujar VinFast.
Ambisi ini kemudian membuat Voung sebagai orang terkaya harus mengeluarkan biaya sebesar 2 miliar dolar AS dari uangnya sendiri untuk membangun bisnis mobil.
Dilansir dari Financial Times, VinGroup menjelaskan bahwa perusahaan akan mengeluarkan pengumuman jika akan melakukan transaksi selanjutnya.
Dalam satu dekade terakhir, VinGroup telah berkembang menjadi perusahaan ritel (VinMart), telepon dan televisi pintar (VinSmart), dan sistem kecerdasan buatan lainnya yang berkolaborasi dengan mitra asing.
Salah satunya membeli keahlian atau fitur dari BMW dan rumah desain Pininfarina untuk mengembangkan produk mobil pertamanya.
Selain pemilik VinGroup, Vuong juga memiliki aset lain di bidang real estate seperti ritel, konsumen elektronik dan kesehatan melalui VinGroup, dan perumahan.
Menurut World Billionare List per April 2021, Vuong menjadi konglomerat terbesar berdasarkan nilai pasar karena menduduki peringkat pertama dengan kekayaan bersih senilai 7,3 miliar dolar AS.
Advertisement
Berani Jadi Beda
Terlepas dari catatan singkat dari kemajuan yang dirasakan VinFast, Bloomberg menyatakan bahwa perusahaan secara masuk akal menempatkan dirinya sebagai permainan teknologi karena sudah meluncurkan tiga model mobil self-driving Januari lalu.
Menanggalkan teknologi dalam pembuatan mobil dianggap sebagai bisnis kuno. Persaingan ketat antar perusahaan mendorong keunikan dari setiap produk agar memiliki nilai jual.
“VinFast akan menghadapi tantangan berat saat memasuki persaingan dari pasar AS,” ujar Kepala Eksekutif ZoZo Go Michael Dunne. Sebagai konsultan otomotif, Dunne ragu VinFast dapat meyakinkan konsumen Amerika untuk membeli produk yang mereka keluarkan.
Banyak tantangan yang perlu diperhatikan kembali, seperti infrastruktur pengisian daya. Hal tersebut dapat menjadi pertanyaan terbuka untuk VinFast bagaimana perusahaannya dapat mendominasi pasar AS dengan ciri khas yang dimiliki sekarang.
“Mungkin ada peluang bagi VinFast untuk memperhatikan pembelian EV sebelum akhirnya menjadi ramai,” tutup Dunne usai mengatakan bahwa pemerintah Biden juga mempromosikan kendaraan listiknya.
Reporter: Caroline Saskia Tanoto