Liputan6.com, Jakarta - Indonesia disebut sebagai rumah bagi banyak perusahaan teknologi. Bahkan terbesar di Asia Tenggara dengan sekitar 27 startup centaurs dan enam startup unicorn.
Dalam paparannya, Managing Director Mandiri Sekuritas, Silva Halim menerangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan kini mampu mengungguli indeks LQ45.
Advertisement
"Itu karena investor mulai masuk ke sektor teknologi. Jadi kalau dilihat 2 bulan terakhir ada euforia di sektor teknologi yang tadinya 0,9 persen jadi 3,4 persen, belum termasuk digital bank,” ujar dia dalam diskusi virtual, ditulis Jumat (16/7/2021).
Mengingat Indonesia punya populasi yang besar lebih dari 270 juta dengan bonus demografinya, Silva menilai peluang ekonomi digital Indonesia berpotensi besar. Pandemi COVID-19 membuka potensi pertumbuhannya, ditandai dengan meningkatnya kepercayaan konsumen dalam penggunaan teknologi digital.
"Estimasi Google, Temasek, dan Bain memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan capai USD 124 miliar atau naik hampir 3 kali lipat dalam lima tahun terakhir dibandingkan sekarang di USD 44 miliar,” jelas dia.
Rinciannya, untuk sektor e-commerce diperkirakan mencapai USD 83 miliar, transportasi dan makanan USD 16 miliar, online travel USD 15 miliar, dan online media USD 10 miliar.
Di Indonesia, akses internet kini tak lagi jadi masalah. Hal itu terlihat dari penetrasi internet yang sudah mencapai 64,1 persen, penetrasi smartphone 70,1 persen, dan penetrasi media sosial seperti facebook dan instagram masing-masing 51,2 persen dan 28,2 persen. Serta pengguna e-commerce yang sudah mencapai setengah dari populasi Indonesia atau sekitar 50,5 persen.
"Ini menunjukkan peluang besar di Indonesia untuk e commerce dan fintek. E-commerce dan fintek adalah dua bidang utama yang memiliki peluang besar di Indonesia dan pasar yang besar," kata dia.
Adapun peluang di fintech (financial technology) karena sebagian besar populasi di Indonesia adalah un-bank dan under-bank.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bawa UMKM Naik Kelas
Peluang digital lainnya, yakni untuk membawa UMKM naik kelas. Digitalisasi akan meningkatkan daya saing UMKM di Indonesia untuk lebih kompetitif dengan jangkauan pasar yang lebih luas.
Kendati begitu, Silva menuturkan, investasi di saham teknologi bisa sangat menguntungkan tapi bukan berarti tanpa risiko.
"Mengingat dinamisnya kondisi dan persaingan. Harganya relatif bergantung pada pertumbuhan yang dapat diberikan dalam jangka panjang. Market leader di tekno memang selalu lebih mahal dibandingkan,” kata dia.
Sebagai catatan, Silvia menekankan perbedaan investasi di startup dan big tech. Untuk startup berpotensi tersingkir atau diakuisisi oleh perusahaan lain yang mungkin lebih besar. Namun, untuk big tech, risikonya lebih kecil karena sudah mempunyai skala dan dominasi yang lebih besar.
Advertisement