Vitamin D Mampu Tangkal Covid-19, Benarkah?

Sebuah penelitian di Boston Amerika Serikat pada 2020 membuktikan vitamin D dapat mengurangi kemungkinan infeksi Virus Corona sampai dengan 54 persen.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Jul 2021, 18:19 WIB
Ilustrasi Berjemur Credit: pexels.com/Daniel

Liputan6.com, Surabaya - Alumnus Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) dr. Henry Suhendra, SpOT mengungkapkan, sebuah penelitian di Boston Amerika Serikat pada 2020 membuktikan vitamin D dapat mengurangi kemungkinan infeksi Virus Corona sampai dengan 54 persen.

Namun, lanjut Henry, kondisi itu dapat dicapai hanya jika kadar vitamin D dalam tubuh optimal.

“Ini hampir sama dengan vaksin loh. Kan lumayan banyak. Kalau vaksin 60 sampai dengan 65 persen, beda-beda,” ujarnya, Jumat (16/7/2021).

Alumnus lulusan 1992 itu menjelaskan, vitamin D adalah super hormon yang berpengaruh pada seluruh sel. Sebab, reseptornya ada di semua sel seluruh sistem tubuh kita.

“Kalo vitamin D kita optimal, artinya kita akan baik-baik saja. Tidak ada penyakit-penyakit,” ucapnya.

Di sisi lain, vitamin D memang dikenal memiliki banyak manfaat untuk mengurangi berbagai infeksi. Mulai dari bakteri hingga virus, termasuk Covid-19. Selain itu, vitamin D juga dapat melawan kanker, sakit jantung, hingga autoimun. Dengan catatan harus optimal 100 persen.

"Di Amerika Serikat, vitamin D terbukti telah memperbaiki berbagai penyakit berat, seperti penyakit jantung dan 70 jenis penyakit kanker," tuturnya.

Sementara itu, terkait varian yang akan terus bertambah, vitamin D dapat meningkatkan imunitas di tiga sektor. Pertama, meningkatkan local barrier pada kulit. Yaitu mempererat celah antar kulit. Sehingga tidak ada celah untuk virus masuk.

Kedua, innate immunity. Serta imunitas yang berkaitan dengan pembentukan antibodi oleh T dan B limfosit.

"Butuh waktu untuk menaikkan kadar vitamin D tubuh. Sebab, selain fluktuatif, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya ketika stress atau kurang tidur, maka akan turun," ujar Henry.

"Misalnya gini, setelah gowes Jawa-Bali, badan pegel semua, terus flu. Ini ya karena daya tahan tubuh hilang pada saat vitamin D turun. Jadi menaikkan kadar vitamin D bisa dengan olahraga, tapi kalau berlebihan, vitamin D akan hancur. Kalau terlalu capek, dia turun," ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Obesitas Rentan Covid-19

Henry mengatakan, jika dikaitkan dengan vitamin D, orang-orang dengan obesitas tinggi lebih rentan terinfeksi Covid-19.

"Alasannya, karena kandungan vitamin D pada tubuh penderita berat badan berlebih hanya sekitar 50 hingga 70 persen dari pada orang-orang dengan tubuh ramping," ujarnya.

Pada orang-orang dengan obesitas tinggi, lanjut Henry, vitamin D yang seharusnya larut dalam lemak lebih banyak terperangkap dalam lemak. Sehingga yang tersisa pada pembuluh darah hanya sedikit.

"Yang bisa dipakai kan vitamin D di pembuluh darah, baru dibawa ke organ-organ. Jadi semakin tebal lemak seseorang, vitamin D akan semakin banyak tersimpan di lemak dan jadinya useless," ucapnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya