Liputan6.com, Bandung - Ada kesan mendalam yang tersisa ketika saya menyambangi Kasepuhan Adat Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat. Selain membutuhkan perjuangan memasuki kampung adat yang masuk kawasan Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, ada sosok hangat di balik pawon atau dapur imah gede.
Rumah besar yang berdiri di Kasepuhan Ciptagelar itu menjadi tempat menerima tamu bagi siapa saja yang datang berkunjung asalkan sopan dan jaga etika. Waktu itu, Kamis (31/8/2013) malam, para tamu mulai berdatangan dari berbagai kampung bahkan dari luar daerah Kasepuhan Adat Ciptagelar.
Baca Juga
Advertisement
Di imah gede ini, kami mengistirahatkan sejenak badan yang hampir remuk karena beratnya medan yang dilalui. Selain ruang tamu, terdapat pawon yang luasnya justru lebih luas dari ruang tamu. Selain tempat untuk menyimpan bahan makanan dan makanan yang sudah siap saji, terdapat deretan tungku untuk memasak.
Masih di pawon, saya melihat seorang perempuan muda mengenakan kain sarung hitam dipadu kebaya hitam. Dia duduk di samping hawu yang menurut keterangan anggota kasepuhan senantiasa menyala hampir 24 jam setiap harinya.
Dialah Destri Dwi Delianti atau orang akrab memanggilnya Mak Alit atau Mamah Alit. Beliau istri Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar, Abah Ugi Sugriana Rakasiwi atau biasa dipanggil Abah Ugi.
Waktu mulai menunjukkan sekitar pukul 5 pagi. Mak Alit, wanita berparas cantik dengan kulit putih bersih itu matanya terus mengawasi aktivitas dapur. Ibu dua anak yang terlihat luwes di balik kebayanya ini mengemban tanggung jawab soal dapur. Mulai dari jamuan untuk para tamu hingga kebersihan lingkungan dapur.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Sosok Sederhana nan Ramah
Saya menjumpai menjumpai Mak Alit di dapur. Tentunya bersama sejumlah rekan yang lain. Beliau dengan ramah menyambut kami seraya bangun dari tempat duduknya menyalami. “Silakan seadanya di sini, jangan seperti tamu,” ucap Mak Alit.
Dengan senyum ramah, dia juga menanyakan apakah kami sudah makan. Inilah kesan yang tak bisa dilupakan selama datang ke Ciptagelar.
Para tamu yang datang dijamin tak akan kelaparan. Berbagai makanan dengan menu sederhana dan nikmat selalu tersedia di meja parasmanan. Siapapun boleh mengambil sarapan pagi lengkap dengan lauk pauk yang tersedia.
Mak Alit, di balik tanggung jawabnya yang besar terhadap dapur, selalu ramah berbincang siapapun yang datang. Dia juga bercerita, bahwa para perempuan yang bekerja di balik dapur secara sukarela menyumbangkan tenaga dan pikirannya.
Termasuk jika sereng taun tiba. Mak Alit mengatakan, mereka yang datang dari berbagai tempat bahkan tak sedikit yang datang dusun yang jauh di balik gunung dan bukit.
Namun, kabar duka datang pada Jumat (16/7/2021), sekitar pukul 19.30 WIB. Mak alit, tokoh penting di balik dapur imah gede dikabarkan meninggal dunia karena sakit di rumah kediamannya. Juru bicara Kasepuhan Adat Ciptagelar Yoyo Yogasmana mengungkapkan bahwa almarhumah tidak menunjukan gejala sakit sebelumnya.
Di usianya yang ke-33, beliau meninggalkan seorang suami dan dua orang anak. Mak Alit dimakamkan di pangapungan Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar pada Sabtu (17/7/2021) siang.
Mendapati kabar duka ini, pikiran kembali melayang mengingat sosok Mak Alit. Wanita ramah, hangat dan tulus di balik dapur imah gede itu telah berpulang. Selamat jalan, Mak.
Advertisement