Menakar Prospek Indeks LQ45 di Tengah Rencana IPO Perusahaan Unicorn

IPO perusahaan unicorn akan menjadi katalis untuk kinerja indeks LQ45.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jul 2021, 18:03 WIB
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi berpotensi meningkat untuk masuk indeks LQ45 seiring penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan target dana lebih besar dan likuid.

Sejak akhir 2020, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk melihat valuasi antara saham kapitalisasi besar dan kecil terutama likuid dan aktif diperdagangkan dari dua aspek. Pertama, performa didorong dari kinerja. Kedua dari partisipan.

"Seperti yang kami yakini kombinasi dari keduanya akan sempurna mengambarkan kasus ini," tulis laporan tersebut, Minggu (18/7/2021).

Pada 2010, indeks LQ45 mencatat kenaikan 33 persen, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 46 persen. Kenaikan indeks LQ45 itu juga didorong dari lonjakan komoditas. Sejak itu, kinerja indeks LQ45 mencatat kinerja buruk sebanyak enam kali dari 10 dibandingkan IHSG.

Indeks LQ45 mampu mengalahkan IHSG paling empat persen pada 2014. Berdasarkan data historis itu, terdapak kemungkinan lebih tinggi untuk IHSG didorong saham kapitalisasi kecil yang ungguli kapitalisasi saham besar. Hal tersebut terjadi pada 2021.

"Hingga 21 Juni, IHSG ungguli indeks LQ45 sebesar 10 persen, terbesar kedua setelah 2021. Kali ini didorong saham terkait teknologi yaitu bank digital dan perusahaan teknologi," tulis laporan Ashmore Asset Management Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Lalu apakah ini berpotensi berubah seiring IPO dengan kapitalisasi besar dan likuid?

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ashmore Asset Management Indonesia melihat kemungkinan peribahan tersebut. Indeks LQ45 selalu cocok dengan investor institusi asing. Hal ini terutama untuk memilih saham kapitalisasi besar dan likuid.

Kepemilikan investor asing di pasar modal Indonesia telah berkurang menjadi 45 persen pada 21 Juni. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada 2015 sebesar 63 persen. Selain itu, partisipasi investor asing juga turun menjadi 25 persen per 21 Juni 2021 dari posisi 215 sebesar 43 persen. Investor ritel domestic pun memainkan peran terbesar.

Nilai transasi perdagangan saham mencapai Rp 13,4 triliun dalam enam bulan pertama 2021. Angka ini meningkat dibandingkan rata-rata Rp 7,9 triliun pada 2015-2020. Partisipasi investor ritel meningkat dari 34 persen menjadi 59 persen.

"Bagaimana pun kita belum lihat ini akan menetap semuanya kembali normal seiring ada IPO unicorn teknologi pada semester dua 2021,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia.


Akankah ketertinggalan berlanjut atau kesempatan untuk masuk?

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

IPO baru dengan kapitalisasi besar dan likuid, Ashmore Asset Management Indonesia melihat potensi inklusi dari meningkatnya perusahaan sektor teknologi ke dalam indeks LQ45 sebagai katalis untuk kinerja indeks LQ45 yang berpotensi menutup kesenjangan valuasi saham kapitalisasi besar dan menangah.

"Pada akhirnya, performa kinerja indeks akan bergantung pada kepemilikan saham termasuk acuan. Kami melihat peluang secara selektif untuk saham kapitalisasi besar untuk investasi jangka panjang,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya