Kumpulan Hoaks Terbaru Seputar Vaksin Covid-19, Simak Faktanya

Simak kumpulan hoaks seputar vaksin Covid-19 yang beredar dalam sepekan

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Jul 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi vaksin, COVID-19, sertifikat vaksin. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta- Informasi seputar Vaksin Covid-19 beredar di tengah program vaksinasi yang sedang dijalankan pemerintah, namun tidak semua kabar tersebut benar sebab itu kita perlu jeli memastikannya sebelum percaya agar tidak menjadi korban hoaks.

Cek Fakta Liputan6.com telah menelusuri sejumlah informasi tentang Vaksin Covid-19 , hasilnya sebagian informasi tersebut terbukti hoaks.

Simak kumpulan hoaks seputar vaksin Covid-19 yang beredar dalam sepekan: 

1.  Vaksin Covid-19 Mengandung Logam Berat Etil Merkuri Senjata Biologis yang Mematikan

 Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 mengandung logam berat etil merkuri senjata biologis yang mematikan untuk lansia komorbid. Klaim tersebut diunggah akun Facebook DrLois, pada 23 Mei 2021.

Klaim vaksin Covid-19 mengandung logam berat etil merkuri senjata biologis mematikan lansia komorbid berupa keterangan sebagai berikut:

 

"Perintah saya kepada KAPOLRI:Batalkan Vaksinasi COVID-19Karena kandungan Logam berat etil Mercury dalam Vaksin adalah ' Senjata Biologis' yg akan membuat Lansia komorbid penerimanya mengalami kematian mendadak akibat serangan Jantung/Stroke yg oleh KIPI tidak akan di akui efek sampingan Vaksin!!Laksanakan🔥🔥🔥🔥Perintah saya adalah Mutlak dan yang Harus Paling di dengarkan.Apakah Bapak belum tahu kalau saya penguasa Covid19 dunia dengan penjelasan paling ilmiah??Kalau Bpk butuh penjelasan langsung silahkan Undang saya.Kita ktemu Head to Head.' Keselamatan Rakyat adalah Hukum Tertinggi'!!!!!"

Benarkah vaksin Covid-19 mengandung logam berat etil merkuri senjata biologis yang mematikan untuk lansia komorbid? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim vaksin Covid-19 mengandung logam berat etil merkuri senjata biologis yang mematikan untuk lansia komorbid tidak benar.

Dalam vaksin Covid-19 tidak ada yang mengandung etil merkuri, namun memang ada beberapa vaksin yang mengandung etil merkuri ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dalam vaksin dan tidak berbahaya untuk tubuh.

 

2. Booster Vaksin Covid-19 untuk Nakes Karena Sinovac Tak Dipakai di China

Beredar di aplikasi percakapan postingan booster vaksin covid-19 diberikan pada nakes karena vaksin Sinovac tak dipakai di China. Postingan itu ramai dibagikan pada awal pekan ini.

Dalam postingan itu terdapat potongan layar berita berjudul "Kenapa 99,5 persen Nakes Malaysia Kebal Covid-19 setelah Divaksin, Beda dengan nakes Indonesia"

Selain itu postingan juga disertai narasi "Pantes bukan Sinovac yang murah n di rrc jg gk d pake"

Lalu benarkah postingan yang mengklaim booster vaksin covid-19 diberikan pada nakes karena vaksin Sinovac tak dipakai di China? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, postingan yang mengklaim booster vaksin covid-19 diberikan pada nakes karena vaksin Sinovac tak dipakai di China adalah tidak benar. Faktanya booster diberikan karena nakes mempunyai risiko tinggi untuk terpapar covid-19.

 

3. Foto Mike Tyson Pakai Kaos Bertuliskan Anti-Vaksin

Cek Fakta Mike Tyson memakai kaos anti-vaksin.

Beredar di media sosial postingan foto Mike Tyson yang memakai kaos anti-vaksin. Postingan ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Marcelo Fernando. Dia mengunggahnya di Facebook pada 6 Juli 2021.

Dalam postingannya terdapat foto Mike Tyson dengan kaos bertuliskan "Trust In God Not Vaccines" atau dalam Bahasa Indonesia "Percayakan pada Tuhan bukan Vaksin".

Selain itu dalam foto juga terdapat narasi "Former champion boxer Mike Tyson sends the message "i believe in God Not Vaccines" with a shirt he wears" atau dalam Bahasa Indonesia "Mantan Juara Dunia Tinju Mike Tyson kirim pesan "Saya percaya Tuhan Bukan Vaksin" dalam kaos yang dipakainya"

Lalu benarkah postingan foto Mike Tyson memakai kaos anti-vaksin? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, postingan foto Mike Tyson memakai kaos anti-vaksin adalah hoaks, foto tersebut telah mengalami editan dari foto aslinya.

 

4. Setelah Divaksin Lebih Mudah Terinfeksi Virus Mengakibatkan Kematian Korban Covid-19 Bertambah

 Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah, klaim tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Berikut klaim setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah:

"MENGAPA KORBAN COVID YG TEWAS SEMAKIN BERTAMBAH???

SILAHKAN DISIMAK👇👇

Bagi Bapak/Ibu/Sdr. yang sudah menerima vaksin, ataupun yang baru mau disuntik vaksin Covid-19, ini ada tulisan penjelasan yang mungkin bermanfaat, dan bisa menambah wawasan kita tentang vaksin. Mohon dibaca sampai selesai.

Ada seseorang, setelah menerima vaksin Covid-19, pergi ke Bali, menghadiri acara pesta pernikahan anaknya. Sekembalinya dari acara tersebut, langsung masuk rumah sakit. Tiga hari kemudian, meninggal dunia karena Covid.

Pandangan dan penjelasan dari seorang dokter, dr.Cynthia, perihal kejadian tersebut di atas.

dr.Cynthia :Bagi Bapak/ibu yang sudah menerima vaksin ke-1 (tahap pertama), tidak diperkenankan banyak melakukan aktivitas yang berat-berat. Mereka harus lebih banyak istirahat di rumah, jangan pergi ke mana-mana dulu, karena setelah menerima vaksin, justru akan lebih mudah terinfeksi virus. Imunitas tubuh belum terbentuk sempurna (apapun jenis vaksinnya) pada tahap pertama ini.

Ada beberapa lansia juga di Surabaya yang terkena Covid, karena setelah di-vaksin, mereka tidak mau istirahat. Mereka menganggap, kalau sudah di-vaksin Covid-19 itu aman, sehingga bisa bepergian kemana-mana.

PERLU DIKETAHUI, bahwa antibodi itu terbentuk sempurna, 2 MINGGU SETELAH VAKSIN KEDUA.

Maka dikuatirkan ada ledakan Covid positif pasca Vaksin disebabkan adanya pemahaman yang salah dari banyak orang, bahkan semua orang penerima vaksin.

Tulisan ini dibagikan untuk membantu pengertian bersama, terutama golongan lansia yang tidak begitu mengerti.

● Vaksin ke-1 (Tahap I) ●Setelah disuntik vaksin ke-1, harus menunggu 21 - 28 hari untuk pelaksanaan penerimaan suntik vaksin ke-2.

Mengapa? Karena vaksin ke-1 harus bereaksi dulu dengan tubuh dan mulai membangun sistem kekebalan tubuhnya sendiri.

Ingat ya, bahwa SESUDAH DIVAKSIN TIDAK OTOMATIS LANGSUNG KEBAL.

Dalam masa ini, bila kita dekat-dekat dengan orang yg positif Covid, maka akan TETAP BERBAHAYA, TETAP BISA TERJANGKIT, karena kekebalan anti Covid-nya belum siap. Setidaknya, harus menunggu 21 hari kemudian.

● Vaksin ke-2 (Tahap II) ●Tahap kedua adalah pembangunan sistem imunitas Anti Covid dan sistem ini juga perlu waktu untuk tumbuh dan berkembang, serta menjalin kekebalan dengan antigen yg telah disuntikkan di dalam vaksin pada Tahap I sebelumnya. Hal ini memakan waktu kira-kira 14 - 21 hari, barulah imunitas anti Covid bisa terbentuk aktif.

Jadi, pada masa sebelum 14 hari, pasca atau setelah suntikan ke-2 apabila berdekatan dengan orang yang positif Covid, maka akan TETAP BERBAHAYA, TETAP BISA TERJANGKIT, karena kekebalan anti Covid-nya belum siap.

Jadi bila dihitung-hitung, dari Vaksin ke-1 menuju Vaksin ke-2 hingga kekebalan tubuh itu terbangun, maka para penerima vaksin itu harus menunggu sekitar 2 bulan untuk mereka dinyatakan kebal covid sekitar 85% - 92%.

Jadi, bukannya vaksin itu tidak bagus dan tidak efektif, melainkan karena proses cara bekerja vaksin itu diibaratkan seperti membangun dinding tembok tanggul untuk menahan banjir, sepetak demi sepetak, waktu demi waktu, secara bertahap. Tidak seperti sulap/sihir: Simsalabim langsung kebal setelah disuntik.

Dikhawatirkan banyak yang salah paham dan berlaku salah, seolah-olah merasa diri langsung kebal, yang malah akan menyebabkan pertambahan ledakan kasus Covid. Dan akhirnya akan sia-sialah uang negara yang sudah keluar banyak untuk vaksin, apabila para penerima vaksin tidak patuh dan disiplin dalam mengikuti prosedur S.O.P. yang telah diinformasikan oleh petugas kesehatan terkait. Sedangkan perlu diketahui, bahwa saat ini banyak negara miskin yang tidak mampu untuk membeli vaksin Covid.

Salam Sehat🙏"

Benarkah setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.   

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com,  klaim setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah tidak benar. 

Tingkat kerentanan untuk terinfeksi virus covid-19 sebelum dan sesudah vaksin sama saja, namun memang kekebalan (antibodi) yang diciptakan dari vaksin butuh waktu untuk terbentuk dan rentang waktunya 14 sampai 28 hari. Data dari Kemenkes, sebanyak 90 persen pasien Covid-19 yang meninggal karena tidak mau atau belum divaksin.

Simak Video Berikut


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya