Shelter COVID-19 Jadi Alternatif Kurangi Beban Rumah Sakit

Shelter COVID-19 menjadi salah satu alternatif mengurangi beban rumah sakit.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jul 2021, 08:00 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy saat mengunjungi Hotel University Club Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dijadikan shelter pasien COVID-19, Yogyakarta, Jumat (16/7/2021). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Liputan6.com, Yogyakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengatakan kehadiran shelter COVID-19 menjadi salah satu alternatif mengurangi beban rumah sakit. Saat ini, sudah banyak perguruan tinggi berinisiatif memanfaatkan rusunawa yang kosong untuk dijadikan shelter pasien COVID-19.

"Semakin banyak shelter untuk pasien COVID-19, saya kira semakin mengurangi beban rumah sakit," ujar Muhadjir saat mengunjungi Hotel University Club Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dijadikan shelter pasien COVID-19, Yogyakarta baru-baru ini, ditulis Senin (19/7/2021).

Pada Rabu, 14 Juli 2021, UGM telah membuka shelter baru di Wisma Kagama dan Hotel University Club. Shelter tersebut diperuntukan bagi pasien COVID-19 rujukan Rumah Sakit Sardjito (RSS) dan RSA (Rumah Sakit Akademik) UGM.

Sebelumnya, UGM juga membuka beberapa gedungnya untuk dijadikan shelter COVID-19, antara lain gedung asrama mahasiswa, Mardliyah Islamic Center (MIC) UGM, Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, Wanagama, dan asrama Laboratorium Geologi di Bayat, Klaten.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Pasien COVID-19 yang Hampir Sembuh Bisa Dirawat di Shelter

Menko PMK Muhadjir Effendy saat mengunjungi Hotel University Club Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dijadikan shelter pasien COVID-19, Yogyakarta, Jumat (16/7/2021). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Menurut Muhadjir Effendy, pasien COVID-19 yang sudah dirawat di rumah sakit dan mendekati sembuh, bisa dilanjutkan dengan observasi di shelter hingga penanganan tuntas. Sehingga tempat tidur di rumah sakit dapat dimanfaatkan untuk pasien COVID-19 yang perlu perawatan lebih intensif.

"Saya melihat langsung shelter-shelter yang dibikin oleh UGM. Secara umum, sebetulnya DIY ini mempelopori pertama pembangunan shelter COVID-19 pada Februari 2021 dan sangat bagus," lanjutnya dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Karena itu mestinya DIY ini lebih bagus dalam menangani kenaikan kasus COVID-19 yang sangat eksponensial. Secara potensi sangat besar ada kampus yang bisa diandalkan dan keguyupan masyarakat yang sudah jauh-jauh hari sudah menginisiasi adanya shelter."


Rumah Sakit Hendaknya Jadi Tumpuan Akhir

Menko PMK Muhadjir Effendy meninjau RS Sardjito, Yogyakarta, Jumat (16/7/2021). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Muhadjir Effendy kembali menegaskan, rumah sakit hendaknya menjadi tumpuan terakhir. Artinya, jangan sampai semua pasien COVID-19 langsung dirawat di rumah sakit. Ini akan menyebabkan Bed Occupancy Rate (BOR) tinggi atau ketersediaan tempat tidur menjadi sangat terbatas.

"Kelebihan BOR salah satunya karena tidak ada seleksi pemilahan pasien COVID-19 secara berjenjang," tuturnya.

Pada rangkaian kunjungan kerja, Menko Muhadjir juga meninjau RS Sardjito. RS Rujukan COVID-19 untuk wilayah Yogyarakarta itu memiliki sekitar 700 tempat tidur, namun 500 di antaranya telah terisi oleh pasien COVID-19 dan sisanya untuk perawatan pasien umum.

Tidak sekadar meninjau, Muhadjir melakukan koordinasi dengan pihak rumah sakit guna mengetahui kebutuhan oksigen bagi pasien COVID-19.


Infografis Cek Ketersediaan Tempat Tidur IGD untuk Pasien Covid-19 via Aplikasi

Infografis Cek Ketersediaan Tempat Tidur IGD untuk Pasien Covid-19 via Aplikasi. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya