Covid-19 di Indonesia Mengganas, Apa Dampaknya ke Pasar Keuangan?

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia dinilai tidak banyak mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2021, 13:30 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia dinilai tidak banyak mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini berbeda dengan yang terjadi di tahun lalu.

Ekonom INDEF, Eko Listiyanto mengatakan, saat ini para investor lebih menilai dampak dari Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Sosial (PPKM) hanya bersifat sementara dan jangka pendek. Bahkan, dalam 2 pekan terakhir ini, kondisi pandemi di Indonesia hampir tidak berpengaruh pada IHSG.

"Diamati 2 minggu ini makin tidak berkolerasi karena kondisi dampak ekonomi ini bersifat sementara," kata Eko saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Senin (19/7).

Eko menjelaskan perhitungan dan pertimbangan para investor ritel ini bukan lagi dalam kurun waktu bulanan. Selain itu, mereka saat ini cenderung lebih adaptif sambil melihat dampak jangka panjang.

"Investor ini sudah punya keyakinan dan tidak kaget lagi seperti tahun lalu," kata dia.

Kondisi pasar uang Indonesia lebih sensitif dengan beberapa hal yang terjadi di luar negeri seperti Amerika Serikat dan berbagai negara maju lainnya. Beberapa negara maju pun sudah bisa mengendalikan pandemi Covid-19.

"Ini kan efek globalnya masih positif juga, negara-negara maju ini juga cukup menjanjikan," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saham

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terlebih saham-saham yang dibeli para investor memiliki jaringan di luar negeri. Sehingga bila kondisi perekonomian nasional tidak baik sekalipun, mereka masih punya keyakinan perusahaan tetap bisa beroperasi karena memiliki cabang di negara-negara lainnya.

"Saham-saham yang dibeli juga rata-rata punya jaringan di luar negeri, pasarnya enggak di Indonesia saja," katanya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya