Liputan6.com, Jakarta - Menyusul euforia perjalanan luar angkasa oleh miliarder dunia, Bank of America memperkirakan industri luar angkasa bernilai hampir USD 415 miliar atau sekitar Rp 6.032 triliun (asumsi kurs Rp 14.551 per dolar AS), dengan potensi untuk tumbuh menjadi USD 1,4 triliun atau sekitar Rp 20.372 triliun pada 2030.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (20/7/2021), masyarakat telah memberi perhatian pada rencana penerbangan Jeff Bezos pada 20 Juli 2021, dan penerbangan perjalanan luar angkasa Richard Branson yang dilakukan lebih dulu pada awal bulan ini.
Advertisement
Saat ini, ETF bertema luar angkasa, perusahaan rintisan (startup), dan teknologi perdagangan baru memudahkan orang untuk bertaruh pada masa depan ekonomi luar angkasa.
Maret lalu, manajer investasi Cathie Wood meluncurkan ETF ARK Space Exploration (ARKX), dan telah menarik lebih dari USD 600 juta aset, membawanya pada debut teratas pada 2021.
Selain itu, juga ada perusahaan layanan peluncuran satelit Astra Space Inc. mulai berdagang di Nasdaq setelah bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus Holicity Inc.
Perusahaan lain seperti perusahaan peluncuran Rocket Lab USA Inc. dan perusahaan infrastruktur luar angkasa Redwire juga telah mengumumkan rencana untuk go public.
"Ini memiliki peluang untuk pertumbuhan luar biasa dengan cara yang bahkan tidak dapat kami bayangkan,” kata Noah Damsky, pendiri Marina Wealth Advisors di Los Angeles.
"Seperti Bitcoin beberapa tahun yang lalu, itu bisa menjadi sesuatu yang bahkan tidak dapat kita pahami,” ia menambahkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sektor yang Berkembang
Catatan saja, penasihat keuangan juga mengingatkan ruang angkasa adalah sektor yang sedang berkembang dengan kemungkinan volatilitas dan kegagalan yang tinggi.
Misalnya, saham Branson's Virgin Galactic Holdings Inc. telah jatuh setiap hari perdagangan sejak perjalanan ruang angkasanya. Menghapus semua kenaikannya sejak awal Juni.
Advertisement