Liputan6.com, Singapura - Seorang anak berusia 16 tahun di Singapura menjadi pusat perhatian karena melakukan sesuatu yang mengejutkan.
Dikutip dari BBC, Rabu (21/7/2021), seorang petugas polisi dipanggil ke sebuah sekolah menengah pada hari Senin 19 Juli 2021 dan menemukan jenazah seorang laki-laki berusia 13 tahun di kamar mandi. Sebuah kapak juga sudah disita sebagai barang bukti.
Advertisement
Setelah penemuan mengerikan tersebut, anak yang berusia 16 tahun itu telah didakwa terhadap pembunuhan itu. Penyelidikan awal menemukan kedua anak laki-laki itu tidak saling kenal.
Kekerasan ekstrem di sekolah jarang terjadi di Singapura. Negara tersebut juga memiliki salah satu tingkat kejahatan terendah di dunia.
Insiden itu membuat Sekolah Menengah River Valley yang bergengsi ditutup secara sementara.
Siswa yang ditahap di ruang kelas mengirim pesan panik ke teman dan orangtua mereka, dengan beberapa mengatakan mereka telah melihat seseorang memgang kapak.
Akhirnya, mereka dibebaskan setelah tersangka sudah ditangkap.
Pada sidang pengadilan, anak 16 tahun itu didakwa dengan pembunuhan yang di Singapura dapat mengakibatkan hukuman mati. Namun, karena ia berusia di bawah 18 tahun, ia menghadapi kemungkinan akan mendapatkan hukuman penjara seumur hidup.
Memicu Perbincangan di Media Sosial
Jaksa meminta hakim agar remaja tersebut dikirim untuk pemeriksaan psikiatri.
Mereka mengatakan di pengadilan bahwa ia sebelumnya pernah menjadi pasien di rumah sakit jiwa dan pernah mencoba mengambil nyawanya sendiri pada 2019.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K Shanmungam, mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa terdakwa telah membeli kapak yang ia gunakan untuk membunuh secara daring.
"Kami sangat berduka dengan orangtua dari anak laki-laki yang terbunuh," katanya. "Sulit bahkan untuk menggambarkan tingkat kesedihan mereka yang sebenarnya."
Di bawah hukum Singapura, baik korban maupun tersangka tidak dapat disebutkan namanya karena mereka berusia di bawah 18 tahun.
Menteri Pendidikan Chan Chun Sing mengatakan kementeriannya sedang bekerja sama dengan polisi dalam penyelidikan. Ia juga berbicara kepada pelajar di negara itu dengan mengatakan, "Anda tidak pernah sendirian, dan kami akan selalu siap membantu Anda."
Insiden tersebut telah memicu diskusi intens di media sosial antara warga Singapura tentang keamanan sekolah dan kesehatan mental siswa. Beberapa juga mengajukan pertanyaan tentang bagaimana terdakwa dapat membeli kapak tersebut.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement