AS-Jepang-Korea Selatan Beri Pesan Jelas Soal Kebijakan Nuklir Korea Utara

Wakil Menteri Luar Negeri AS, Jepang dan Korea Selatan melakukan pembicaraan tiga arah di Tokyo, yang membahas tentang isu denuklarisasi Korea Utara.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Jul 2021, 08:57 WIB
Moon Jae-in dan Kim Jong-un Sepakati Denuklirisasi Penuh (KOREA SUMMIT PRESS POOL / AFP)

Liputan6.com, Seoul - Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan mengirimkan pesan yang jelas dengan koordinasi kebijakan mereka terhadap Korea Utara. Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat senior AS - meskipun ada beberapa pergeseran baru-baru ini antara kedua sekutu Asia tersebut.

"Koordinasi yang erat itu mengirimkan pesan yang sangat penting ke Korea Utara bahwa kita bersama dan bahu-membahu dalam pendekatan kita terhadap kebijakan ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman kepada wartawan, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/7/2021).

Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah menghadiri pembicaraan tiga arah di Tokyo dengan wakil menteri luar negeri Jepang dan Korea Selatan.

Pertemuan itu berlangsung di tengah ketegangan dalam hubungan antara Jepang dan Korea Selatan, yang sebagian besar merupakan akibat dari tuduhan oleh kedua belah pihak yang berasal dari pemerintahan kolonial Jepang pada tahun 1910 hingga 1945 di Korea.

Babak baru perselisihan bersejarah yang mulai pada 2019 menghantam perdagangan antara kedua negara itu, dan mengancam akan merusak kerja sama mereka dalam keamanan serta menghadapi ancaman dari Korea Utara - dengan program nuklir dan misilnya.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in baru-baru ini memutuskan untuk tidak menghadiri acara Olimpiade Tokyo, yang dibuka pada 23 Juli mendatang, yang seharusnya menjadi pertemuan pertamanya dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Takeo Mori, mengatakan kerja sama trilateral dengan AS sangat penting untuk denuklirisasi Korea Utara.

"Langkah Korea Utara selanjutnya tidak dapat diprediksi," kata Mori.


Perjalanan Panjang untuk Mencapai Denuklarisasi Korea Utara

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong berpose untuk media sebelum pertemuan mereka di Kementerian Luar Negeri di Seoul, Korea Selatan pada 17 Maret 2021. (Foto: AP / Lee Jin-man)

Korea Utara telah menolak permohonan AS untuk diplomasi sejak Presiden AS Joe Biden menggantikan pendahulunya, Donald Trump, yang mengadakan tiga pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un - guna meningkatkan harapan untuk sebuah terobosan.

Hanya ada sedikit kemajuan ketika Kim Jong-un menolak untuk menyerahkan senjata nuklirnya, meski sudah memberlakukan pembekuan pada pengujian nuklir.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Choi Jung-kun menggambarkan isu nuklir Korea Utara sebagai "permainan panjang" yang membutuhkan kesabaran.

Sementara itu, Wamenlu Sherman mengatakan bahwa AS "siap untuk terlibat dengan Korea Utara dan mereka mengetahui itu".

"Kami berharap mereka akan merespons secara positif, tetapi seperti yang dikatakan rekan-rekan saya, kita harus bersabar, mungkin tidak terlalu banyak, tetapi beberapa waktu," kata Sherman.

Sherman tidak merujuk langsung pada ketegangan baru-baru ini antara Jepang dan Korea Selatan, tetapi mengatakan bahwa AS "tidak memiliki teman yang lebih baik" di kawasan itu selain kedua negara tersebut.

Diplomat senior dari Jepang dan Korea Selatan menegaskan kembali bahwa negara mereka akan melanjutkan dialog untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan.

Choi pun menyatakan bahwa Korea Selatan "sangat terkesan" dengan upaya Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade selama pandemi COVID-19.

Choi mengatakan bahwa dia, Sherman dan Mori telah sepakat untuk bertemu secara teratur kedepannya.


Infografis Pedoman Isolasi Mandiri Pasien Tanpa Gejala COVID-19

Infografis Pedoman Isolasi Mandiri Pasien Tanpa Gejala COVID-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya