, Jakarta - Vaksin Pfizer merupakan vaksin COVID-19 yang digunakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden hingga Raja Salman dari Arab Saudi. Namun, vaksin itu belum masuk ke Indonesia. WNI akhirnya berinisiatif untuk mahal-mahal membayar tiket ke AS agar mendapat vaksin Pfizer secara gratis.
Salah satu WNI yang mendapatkan Pfizer di AS adalah Suli Asifatami Razak. Ia mengaku terbang ke AS untuk mengunjungi anaknya yang berkuliah di sana, tetapi sekalian disuntik vaksin Pfizer.
Advertisement
"Anak saya kuliah di sini. Kami memang sudah berencana mengunjungi mereka, dan di AS juga ada vaksin gratis," katanya seperti dilaporkan ABC Indonesia, dikutip Selasa (21/7/2021).
"Jadi saya pikir, 'Kenapa enggak sekalian saja?'" ujarnya.
Suli adalah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang divaksinasi sambil liburan. Salah satu perusahaan tur menyebutnya "AirV&V".
Amerika Serikat memang memberikan kemudahan bagi pemegang visa turis untuk ikut program vaksinasi. Suli menilai pilihannya wajar karena bertujuan mencari yang terbaik.
"Enggak ada yang salah kalau mau divaksinasi di luar negeri. Semuanya kembali ke pilihan masing-masing, menurut saya," katanya mengomentari anggapan vaksinasi di luar negeri adalah hak istimewa orang kaya.
"Bukan berarti kita tidak mau divaksinasi di Indonesia. Saya cuma mau yang terbaik untuk keluarga," jelasnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Rp 26 Juta untuk ke AS
Sejak Mei, agen perjalanan ATS Vacations telah menjual "tur vaksinasi" ke Amerika.
"Antusiasmenya tinggi sekali. Banyak yang nanya karena mereka ingin divaksinasi dengan vaksin yang tidak ada di Indonesia, seperti Pfizer atau Moderna," ujar Josephine Nathania Lienardi, staff pemasaran ATS.
Josephine mengatakan agen tersebut menawarkan paket perjalanan sebesar Rp 13,99 juta untuk tinggal di AS selama tiga minggu. "Paket ini termasuk tiket penerbangan dan transportasi. Kami jugamengurus jadwal vaksinasi dan tes PCR," kata Josephine.
"Tapi cuma untuk Johnson & Johnson, yang butuh satu dosis." Mereka yang ingin divaksinasi dengan Pfizer harus membayar lebih.
Dengan harga sekitar Rp 26 juta, mereka bisa menghabiskan 24 malam di Los Angeles, demi dua dosis vaksin Pfizer. "Kami bukannya mau jualan vaksin. Kami menawarkan tur ke Amerika, yang kebetulan menawarkan vaksin gratis, bahkan untuk turis," kata Josephine.
"Mereka bebas mau divaksinasi atau tidak, terserah mereka."
Tur ini akan berlangsung dari bulan Juni sampai November.
Pandu Riono, epidemiolog Universitas Indonesia, mengatakan upaya ke luar negeri untuk vaksinasi "sudah sering terjadi dan tidak dilarang" bagi mereka yang punya uang.
"Mencari perawatan rumah sakit di Amerika Serikat adalah salah satu tujuan perjalanan yang diperbolehkan bagi mereka yang memegang visa," ujar juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia.
Advertisement
Indonesia dan Sinovac
Dari awal vaksinasi di Indonesia dimulai, pemerintah sangat bergantung pada vaksin Sinovac yang dibuat di China.
Vaksin tersebut diberikan untuk tenaga kesehatan, yang semakin banyak di antaranya terinfeksi COVID-19 kembali lalu meninggal dunia.
Penggunaan Sinovac telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengatakan bahwa vaksin mencegah timbulnya gejala pada 51 persen orang yang divaksinasi.
"Pilihan saya Pfizer, tapi kita tidak tahu kapan bisa dapat vaksin ini di Indonesia dan pas juga ada kesempatan ke Amerika," kata Suli.
Pilihan vaksin yang beragam juga menjadi alasan Hartati Freeman, warga Indonesia asal Medan untuk juga terbang ke Amerika Juni lalu.
Bersama suami dan anaknya, ia menerima vaksin Pfizer yang dosis pertama dan keduanya berjarak 21 hari.
"Karena di Indonesia tidak bisa memilih. Kalau di Amerika kan kita bisa milih, ada Pfizer, Johnson & Johnson, Moderna," katanya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.Hartati yang juga sempat mengelilingi beberapa negara bagian di Amerika Serikat mengatakan mereka tidak perlu melakukan booking untuk bisa divaksinasi di sana.
"Tinggal datang saja di sana. Ke supermarket, Walmart, Walgreens, GVS, tidak ada antrean," katanya.
Untuk tinggal di Amerika selama tiga bulan bersama suami dan anaknya, ia mengeluarkan biaya sekitar $ 20.000 atau sekitar hampir Rp 300 juta.
Hadapi Kenyataan di Indonesia
Setelah divaksinasi, kini Suli dan keluarganya berencana untuk kembali ke Indonesia dua minggu lagi.
Ia khawatir melihat situasi Indonesia yang kondisinya lebih parah dari India, dan telah menjadi episentrum virus corona di Asia.
"Pada akhirnya, Indonesia adalah negeri saya. Saya harus pulang dan menghadapi kenyataan," katanya.
"Vaksin hanyalah bentuk perlindungan lain. Yang paling penting adalah untuk terus menaati protokol kesehatan."Hartati, sementara itu, sedang menjalani karantina di Jakarta.
Meski khawatir, ia tidak punya pilihan lain selain untuk kembali ke Indonesia.
"Tadinya banyak yang sarankan enggak balik, tapi kami kan punya anak yang saya tinggal," katanya.
"Tidak apa-apa sih, saya akan social distancing, tidak kemana-mana untuk sementara."
Kondisi sistem kesehatan Indonesia yang rapuh terus memburuk akibat varian Delta.
Pada Minggu (18/7), Indonesia melaporkan 44.721 kasus baru dan 1.093 kematian akibat COVID-19.
Jumlah kematian sudah meningkat 10 kali sejak awal Juni, namun data nasional melaporkan jumlah yang jauh di bawah sebenarnya karena rendahnya tes dan lemahnya sistem pelacakan kontak.
Advertisement
Guam Lebih Dekat
Akhir Juni lalu, wilayah Guam meluncurkan program pariwisata vaksin "AirV&V" untuk mendorong warga setempat dan warga Amerika yang tinggal di Asia Timur untuk divaksinasi.
Pulau kecil dengan luas 550 kilometer persegi tersebut masuk dalam wilayah Amerika Serikat namun tidak terhubung secara langsung.
Guam terletak di sebelah timur Filipina dan sebelah tenggara China, semenanjung Korea dan Jepang.
Menurut Pusat Pengunjung Guam, pelaku perjalanan yang memiliki izin diperbolehkan menerima suntikan vaksin sehari setelah kedatangan dan bebas berwisata di dalam negeri setelahnya.
Pelaku perjalanan harus membayar biaya karantina di hotel selama kurang lebih seminggu.
Mereka boleh memilih antara Pfizer, Moderna, atau vaksin Johnson & Johnson dan bisa menetap di pulau itu minimal tiga hari, atau sampai sebulan.
Kelompok pertama berisi tiga orang yang tiba di negara tersebut dengan pesawat charter adalah dari Taiwan pada tanggal 23 Juni.
Sejak itu, ratusan warga Taiwan ikut berlibur sekaligus divaksinasi di Guam.
Lion Travel, salah satu agen perjalanan terbesar di Taiwan mengatakan sudah menjual 439 kursi dari empat paket perjalanan ke Guam tanggal 6 Juli.
Paket tersebut termasuk penerbangan dan hotel, dengan harga paling murah sebesar A$2,040 atau sekitar Rp22 juta, tidak termasuk tes COVID.
Paket Tur Vaksin COVID-19
Thailand sedang menangani gelombang ketiga COVID, dengan munculnya 3.000 kasus baru setiap harinya.
Orang kaya di sana, termasuk para selebritas, pergi ke luar negeri untuk divaksinasi COVID.
Beberapa warga Thailand tidak mau menunggu giliran divaksinasi di pusat vaksinasi yang ada di stasiun kereta, pusat perbelanjaan, stadium olahraga dan bandara, yang menurut mereka membingungkan dan rumit.
Beberapa lainnya tidak percaya pada vaksin yang digunakan.
Maret lalu, Thailand mulai melakukan vaksinasi dengan Sinovac untuk petugas kesehatan dan warga rentan.
Vaksin tersebut terus digunakan sampai awal Juni, hingga akhirnya beralih ke AstraZeneca yang diproduksi oleh perusahaan milik Raja Thailand.
Sejauh ini, sekitar delapan juta warga Thailand telah divaksinasi dengan dosis pertama, kurang lebih 10 persen dari total populasinya.
Hampir lima persen dari total warga sudah menerima dosis kedua.
Paket tur vaksin dijual dengan harga hingga A$ 8,300 (Rp 89 juta), meliputi kunjungan ke tempat wisata juga farmasi yang menawarkan vaksinasi.
Advertisement