Liputan6.com, Jakarta - Polewali Mandar atau biasa disingkat Polman merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang beribu kota di Polewali. Lokasinya berjarak 246 km dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sejarah pembentukan Polewali Mandar tak terlepas dari jejak beberapa kerajaan yang tergabung di Persekutuan Pitu Ulunna Salu dan Pitu Baqbana Binanga. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Kabupaten Polewali Mandar adalah bagian dari tujuh wilayah pemerintahan yang dikenal dengan nama Afdeling.
Baca Juga
Advertisement
Setelah Indonesia merdeka, Polewali menjadi kabupaten sendiri dengan sebutan Polewali Mamasa. kemudian, Kabupaten Mamasa menjadi daerah pemekaran dan nama Polewali pun berganti menjadi Polewali Mandar.
Pada 2019, populasi Polewali Mandar lebih dari 500 ribu jiwa. Masyarakat Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari berbagai macam etnis, dengan Mandar sebagai etnis mayoritas, diikuti suku Bugis, Jawa, Makassar, Toraja, Mamasa dan lain-lain.
Apa lagi hal menarik dari kabupaten ini? Berikut enam fakta menarik Polewali Mandar yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Perahu Tradisional Tercepat Sedunia
Perahu sandeq merupakan karya fenomenal Suku Mandar. Nama sandeq diambil dari bahasa Mandar, sade, yang artinya runcing. Kapal ini adalah bukti kearifan lokal yang digunakan selama berabad-abad oleh nelayan Mandar, Polewali, dan Mamuju.
Bentuknya ramping dengan lebar antara 1,5--2 meter sehingga memudahkan bermanuver cepat melalui gelombang. Sandeq mengadopsi teknik zigzag untuk melawan angin dan kecepatannya mencapai 15--29 knot. Dengan kecepatan itu, Sandeq disebut sebagai perahu layar cadik tercepat di dunia.
Salah satu ciri khas dari sandeq adalah warnanya serba putih agar nampak bersih. Tiap tahunnya di Polman diadakan perlombaan sandeq bernama “Sandeq Race” menjelang hari kemerdekaan.
2. Tradisi Mappadendang
Saat musim panen di Polman digelaar tradisi unik bernama Mappadendang. Mappadendang adalah pesta syukuran yang dilakukan oleh suku Bugis ataupun Suku Mandar atas keberhasilannya dalam menanam padi. Mappadendang juga punya nilai magis tersendiri. Tradisi ini disebut juga sebagai penyucian gabah agar lebih berkah.
Dalam pelaksanaanya, tradisi ini dilakukan oleh beberapa wanita dan laki-laki yang mengenakan baju tradisional. Kemudian, mereka secara bergantian memukul lesung berisi padi menggunakan alu sampai menciptakan suara yang indah. Tradisi ini pun sebagai bentuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi antar masyarakat.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
3. Negeri di Atas Awan
Polman menyimpan segudang destinasi wisata yang memukau, salah satunya Negeri di atas Awan Bukit Senayan. Sesuai namanya, Anda akan disuguhi hamparan awan yang mengelilingi bukit.
Waktu terbaik untuk menikmatinya adalah sesudah matahari terbit, yang biasanya berlangsung pada pukul 05.30 WITA. Sesudah melihat sunrise, Anda kemudian akan disajikan dengan pemandangan awan yang mempesona.
Nama Bukit Senayan merujuk bentuknya yang menyerupai gedung DPR yang ada di Senayan, Jakarta. Sebenarnya, nama bukit ini adalah To Tammarammung. Anda dapat mengunjungi tempat ini di Desa Bulo, Kecamatan Bulo, Polman.
4. Sayyang Pattudu
Sayyang pattudu adalah kesenian akrobatik dari Polman. Sayyang pattudu berarti kuda yang menari. Kesenian ini melibatkan tarian kuda bersama penunggangnya.
Sayyang Pattudu biasanya diadakan sebagai syukuran warga kampung setelah mengkhatamkan Alquran di Polman. Dalam pelaksanaanya, kuda akan dihias dan kemudian ditunggangi berkeliling kampung dengan iringan tabuhan rebana dan pembacaan syair. Kesenian ini bertujuan untuk mendidik dan menasehati anak-anak suku Mandar agar semangat dalam khatam Alquran.
Advertisement
5. Punya Sarung Khas
Suku Mandar yang tinggal di Polman punya sarung khas yang terbuat dari benang sutra, yakni Lipa Saqbe. Tenun sarung sutra itu bahkan telah diproduksi sejak abad ke-16.
Sarung ini dikenal memiliki kualitas halus dan tidak cepat luntur. Lipa saqbe memiliki dua motif yakni sure’ dan bunga. Sure’ merupakan motif garis geometris sederhana yang juga motif klasik sarung ini. Motif bunga merupakan penambahan dari motif Sure’.
Tak hanya benang sutra, sarung ini juga menggunakan benang emas dan benang perak sebagai bahan dasar pembuatannya. Wajar saja harganya bisa sampai jutaan rupiah. Sarung ini hanya dipakai pada acara-acara tertentu seperti acara pernikahan, upacara adat, upacara keagamaan, atau Salat Jumat.
6. Golla Kambu
Golla Kambu adalah ikon kuliner Polman. Golla Kambu merupakan camilan yang dibuat dari beras ketan, kelapa muda diparut, kacang tanah sangrai, dan gula merah.
Pembuatannya dimulai dengan mengukus beras ketan. Setelah itu, beras ketan dan parutan kelapa dimasukkan ke dalam larutan gula merah dan dimasak sampai berbentuk adonan. Kemudian, ditambahkan kacang tanah yang telah disangrai ke adonan yang memberi tekstur dan cita rasa gurih khas pada golla kambu. Setelah dingin, barulah dibungkus dengan daun pisang kering.
Jajanan ini bentuknya sekilas mirip wajik di Jawa. Golla Kambu bisa jadi oleh-oleh saat berkunjung ke Polman. Biasanya dalam satu kemasan terdapat 8--10 bungkus Golla Kambu yang dijual seharga Rp10.000 hingga Rp15.000. (Jihan Karina Lasena)
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan
Advertisement