Liputan6.com, Jakarta - Rusia mengumumkan bahwa batch vaksin COVID-19 buatan Sputnik V mulai diproduksi di Vietnam untuk pertama kalinya.
Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (22/7/2021), Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang mendanai Sputnik V, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa produksi batch uji coba ini dilakukan dalam kemitraan antara Rusia dengan perusahaan farmasi milik negara di Vietnam, Vabiotech.
Advertisement
Sampel pertama dari batch itu akan dikirim ke pengembang vaksin Sputink V - Pusat Gamaleya di Moskow - untuk dilakukan pemeriksaan kualitas, tambah RDIF.
"RDIF dan Vabiotech secara aktif bekerja sama dalam proses transfer teknologi untuk menyediakan akses yang lebih mudah ke Sputnik V bagi penduduk Vietnam," kata CEO RDIF, Kirill Dmitriyev dalam pernyataannya.
Presiden Vabiotech, Dat Tuan Do, menyambut baik pengumuman tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu "akan membantu menyediakan vaksin yang berkualitas dan terjangkau" ke Vietnam dan negara-negara lain di kawasan.
Vietnam baru-baru ini menghadapi lonjakan kasus Virus Corona dengan pemerintah setempat menempatkan sekitar sepertiga dari 100 juta jiwa populasi negara itu di bawah perintah tetap di rumah untuk mengendalikan penyebaran COVID-19.
Vietnam masih tergolong lamban dalam pasokan dan pemberian suntikan vaksin COVID-19, dengan hanya 4,3 juta dosis yang diberikan pada 19 Juli 2021.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Vaksin Sputnik V Disebut Lebih dari 90 Persen Efektif Cegah COVID-19
Rusia mendaftarkan vaksin Sputnik V pada Agustus 2020 menjelang uji klinis skala besar, yang memicu kekhawatiran di antara para ahli atas proses yang dilacak dengan cepat.
Namun vaksin itu dinyatakan aman dan lebih dari 90 persen efektif dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh jurnal medis terkemuka, The Lancet - memulihkan kepercayaan pada vaksin buatan Rusia.
RDIF telah menandatangani perjanjian produksi vaksin Sputnik V dengan beberapa negara, termasuk India, yang diharapkan dapat memproduksi beberapa ratus juta dosis per tahun.
RDIF mengatakan vaksin dua dosisnya telah disetujui di 68 negara dan telah mengajukan pendaftaran di Uni Eropa.
Advertisement