Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari setahun sudah pembelajaran jarak jauh (PJJ) dipraktikkan. Selama periode itu, adaptasi besar-besaran dilakukan, baik oleh guru maupun siswa. Sembari terus menemukan cara belajar-mengajar terbaik, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Danang Hidayatullah, mencatat setidaknya ada tiga kunci metode mengajar di masa PJJ.
"Pertama, bagaimana suasana belajar online bisa membahagiakan, baik untuk guru maupun murid, karena transfer atmosfer itu sangat kental. Lalu, jangan sampai cara mengajarnya jadi memberatkan orangtua," katanya dalam program INSPIRATO Hari Anak Nasional 2021, Kamis (22/7/2021).
Baca Juga
Advertisement
Kemudian, mengedepankan kemandirian siswa yang akhirnya menutut pembaharuan cara mengajar. "Jangan transfer (materi pembelajaran) satu arah. Yang harus diingat, guru merupakan fasilitator yang mendukung kemampuan siswa," imbuhnya.
Terakhir, memberi kebebasan bagi siswa supaya mereka bisa belajar dengan kreatif. "Hakikatnya, tugas guru tidak hanya mengajar, namun mendidik. Dengan begitu, mereka bisa tetap berperan, bahkan setelah jam pelajaran berakhir," ucap Danang.
Merujuk pada studi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang dirilis akhir tahun lalu, Danang menguraikan, belum melek teknologi merupakan salah satu tantangan terbesar selama PJJ, terutama dari sisi guru. Pandemi, sambungnya, mestinya menciptakan rasa keterdesakan untuk berubah.
"Kemudian, secara teknis, banyak yang mengeluhkan jaringan internet. PJJ juga membuat guru sulit mengamati perkembangan siswa karena tidak bisa melihat situasi belajar secara menyeruruh," sambungnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Manfaatkan Teknologi sebagai Medium Edukasi
Danang mengatakan, dalam beberapa kasus, didapati pula mispersepsi dengan orangtua, mengeluhkan betapa sulitnya mendampingi siswa sekarang. "Karenanya, kami di IGI fokus pada peningkatan kompetensi guru untuk membuka mindset-nya," ucapnya.
Di samping, mereka juga berupaya menggeser teknologi untuk digunakan sebagai medium edukasi. "Beberapa (guru) juga mengaku kurang konsentrasi, mungkin karena internet dan kuotanya kurang," kata Danang.
Sementara berbagai hambatan coba dijawab tuntas, sebagian guru justru kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Danang mengungkapkan hal itu tidak hanya menimpa guru honorer, tetapi juga guru-guru di sekolah swasta.
Advertisement
Cari Sumber Pemasukan Lain
Karena itu, IGI mendorong teacherpreneurship supaya guru yang kehilangan pekerjaan tetap punya pemasukan. "Karena sebelum pandemi, guru honorer, ini saya mendata di Jakarta dan Tangerang, bayarannya, maaf, sangat kecil," ucap Danang.
"Ada yang (Rp)700 ribu per bulan. Itu juga ada yang dibayarkan setiap bulan, ada yang dirapel beberapa bulan sekali," imbuhnya. Maka itu, punya sumber penghasilan lain dinilai sangat penting, terlebih dalam situasi sulit seperti sekarang.
"Di grup kami sendiri, weekend biasanya dipakai untuk berbagi informasi pelatihan, tapi sekarang didedikasikan untuk jualan produk rumah tangga," ucapnya, menambahkan bahwa usaha ini terus diupayakan dengan modal seadanya.
Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online
Advertisement