BI Terus Dorong Bank Turunkan Bunga Kredit

Suku Bunga Dasar Kredit menurun sebesar 169 basis point (bps) sejak Mei 2020 menjadi 8,86 persen pada Mei 2021.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Jul 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mendorong perbankan terus menurunkan suku bunga kredit bank, yang secara grafik sudah melandai meski masih terbatas.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan di pasar kredit terus berlanjut, meski dengan besaran respon yang lebih terbatas.

Menurut perhitungannya, SBDK menurun sebesar 169 basis point (bps) sejak Mei 2020 menjadi 8,86 persen pada Mei 2021.

"Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK) menjadi pendorong utama penurunan SBDK, sementara peningkatan margin keuntungan masih berlanjut pada kelompok KCBA (Kantor Cabang Bank Asing) dan bank BUMN," ujar Perry dalam sesi teleconference, Kamis (22/7/2021).

Di sisi lain, ia melanjutkan, premi risiko perbankan menunjukkan penurunan. Perry menilai, itu mengindikasikan persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha yang cenderung membaik.

"Penurunan premi risiko tersebut mendorong penurunan suku bunga kredit baru di hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok bank umum swasta nasional (BUSN)," jelasnya.

Berdasarkan jenis kredit, Perry mengatakan, penurunan suku bunga kredit baru paling dalam terjadi pada jenis kredit mikro, diikuti oleh jenis kredit investasi dan modal kerja.

"Bank Indonesia mengharapkan perbankan untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit sebagai bagian dari upaya bersama untuk mendorong kredit kepada dunia usaha," imbuh Perry.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Digital Banking Bisa Pangkas Bunga Kredit

Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebelumnya, penyaluran kredit perbankan cukup rendah karena salah satu faktor penghambatnya adalah suku bunga kredit yang tinggi. 

"Alternatif pembiayaan di masa depan kan bukan perbankan saja, ada perusahaan pembiayaan seperti peer to peer lending," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede, dalam diskusi media bertajuk Sinergi Memperkuat Perekonomian, Jakarta, Kamis (25/3/2021).

Bahkan adanya layanan digital banking justru akan memangkas proses panjang penyaluran kredit. Sehingga biaya operasional jadi perbankan akan lebih ringkas dan bukan hal yang tidak mungkin industri perbankan justru berlomba menawarkan bunga yang rendah.

"Dengan perkembangan digitalisasi dan lain-lainnya, suku bunga tinggi enggak zaman lagi," kata dia.

Sebab lanjut Josua, pendapatan bank tidak akan bergantung lagi pada suku bunga kredit yang tinggi. Untuk mendapatkan tambahan modal dan pendapatan perbankan bisa mencari sumber pendapatan yang lain. Semisal melantai di bursa atau surat berharga komersial (SBK).

Terlebih tren kantor cabang ke depan akan berkurang seiring dengan digitalisasi. Sehingga akan memangkas biaya operasional yang angkanya tidak sedikit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya