Liputan6.com, Kendari - Warga Desa Biru, Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana, mulai terbiasa dengan kemunculan buaya muara. Menghuni sekitar aliran sungai dan bendungan desa, hewan melata ini diperkirakan jumlahnya mencapai puluhan ekor.
Meski demikian, warga sekitar memilih tak mengusik hewan buas itu, dan membiarkannya hidup berburu mangsa di sekitar perkampungan.
Senin (19/7/2021) sekitar pukul 05.00 Wita, penduduk mengamankan seekor buaya sepanjang 3,9 meter dan lebar 90 sentimeter. Buaya ini, tepergok sedang terjebak di sekitar desa.
Baca Juga
Advertisement
Saat itu, salah seorang warga bernama Anggito mendapati buaya berwarna hitam kekuningan itu, memunculkan kepalanya di tengah saluran irigasi. Tak banyak bergerak, Anggito yang berprofesi sebagai petani langsung memanggil warga lainnya.
"Dia saya lihat hanya bisa maju mundur, kalau berusaha putar badan, buaya itu terbalik saking besarnya badannya dan ruang tempatnya terjebak kecil," ujar Anggito, Kamis (22/7/2021).
Anggito melanjutkan, saat itu ada sekitar 6 sampai 10 orang warga Desa Biru Bombana mengevakuasi buaya. Setelah itu, warga menelepon piak BKSDA Sulawesi Tenggara, untuk datang mengambil dan membawa buaya di penangkaran.
"Kalau di kampung kami ini, lihat buaya banyak warga sudah tak kaget lagi, hampir setiap hari kami lihat muncul di sungai atau bendungan. Malah, ada yang lebih besar," katanya.
Menurut Anggito, selama tak mengganggu, warga juga tak mau mengusik. Apalagi, sebagian warga dari kalangan Suku Bugis di wilayah itu, masih menganggap buaya sebagai makhluk sakral.
"Kami tangkap buaya itu karena sehari sebelumnya, ada anak-anak mandi di sekitar saluran irigasi. Mereka 8 orang, jadi kalau tak cepat dilihat bisa menerkam anak-anak makanya kami tangkap," terang petani padi itu.
Dia juga mengungkapkan, beberapa tahun lalu, buaya pernah menewaskan salah seorang kerabatnya di Bombana. Sehingga, jika tak diamankan saat keluar dari habitatnya, kemungkinan akan mengganggu warga lainnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Nasib Buaya Bombana
Usai warga menyerahkan buaya ke pihak BKSDA Sulawesi Tenggara, hewan itu langsung diangkut menuju Kota Kendari. Selanjutnya, akan dibawa ke penangkaran buaya di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Awalnya, ada penangkaran di Kota Kendari bagi buaya muara dan sejenisnya. Lokasi ini, sudha puluhan tahun dijadikan tempat 'pembuangan' buaya liar.
Tempatnya, dikelola sebuah keluarga dengan modla swadaya. Dahulu, ada donatur rutin dari pemprov Sultra yang membiayai gaji pekerja dan pembeli makanan belasan ekor buaya liar di lokasi itu.
Namun, BKSDA punya alasan tepat tak menempatkan hewan tangkapan warga itu di penangkaran yang berada di Kecamatan Abeli.
"Tempatnya sudah tak layak juga sudah penuh buaya lain. Kami khawatir, buaya bisa melepaskan diri dan membuat masalah baru kalau lepas hingga ke pemukiman warga," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra, La Ode Kaida.
Dia menjelaskan, buaya ini diputuskan dibawa ke Kolaka. Pihak BKSDA melepas buaya tersebut, Kamis (22/7/2021). Dikawal sejumlah anggota, pihak BKSDA menggunakan sebuah mobil truk membawa buaya ke Kabupaten Kolaka.
"Kami rencana, lepasliarkan di penangkaran di wilayah Kecamatan Pomalaa, sehingga buaya bisa mendapatkan habitat yang layak dan serupa dengan Bombana," katanya.
Advertisement