Demi Bitcoin, Pria Ini Retas Twitter Joe Biden dan Barack Obama

Seorang pria Inggris ditangkap pada Rabu, 21 Juli 2021 di Spanyol untuk menipu sehingga bisa mendapatkan bitcoin.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 23 Jul 2021, 12:11 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria Inggris ditangkap Rabu 21 Juli 2021 di Spanyol karena meretas akun Twitter milik Apple, Joe Biden ,Barack Obama, Elon Musk, Warren Buffett, Bill Gates dan lebih dari 100 akun lainnya. Hal ini dilakukan untuk melakukan penipuan sehingga bisa mendapatkan bitcoin, kata Departemen Kehakiman setempat.

Seperti dilansir CNBC, Jumat (23/7/2021), Joseph O'Connor ditangkap di Estepona oleh Polisi Nasional Spanyol atas permintaan pihak berwenang Amerika Serikat.

Saat ini pihak berwenang tengah mengupayakan ekstradisi. Pada 15 Juli 2020, pria berusia 22 tahun itu didakwa pidana di pengadilan federal California dengan tuduhan peretasan ilegal lebih dari 130 akun Twitter.

Tiga orang lainnya sebelumnya telah didakwa sehubungan dengan peretasan tersebut, termasuk seorang remaja berusia 17 tahun di Florida yang diduga sebagai dalang kejahatan tersebut.

Mengaku bersalah, remaja bernama Graham Ivan Clark tersebut dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Seorang jaksa mengatakan tahun lalu penipuan itu menjaring bitcoin lebih dari USD 100.000 atau sekitar Rp 1,44 miliar (asumsi kurs Rp 14.496 per dolar AS).

O'Connor juga dituduh melakukan cyberstalking terhadap para korban dan intrusi komputer terhadap akun pengguna TikTok dan Snapchat. Para korban akun Twitter termasuk pendiri Amazon Jeff Bezos, superstar televisi realitas Kim Kardashian, mantan Walikota New York Mike Bloomberg, musisi Kanye West dan Wiz Khalifa, akun perusahaan Cash App, dan akun perusahaan Uber.

Tweet terkait bitcoin adalah tweet pertama Apple, meskipun akun tersebut telah memasang iklan.  Selama peretasan, pesan mendesak pengikut akun untuk mengirim bitcoin ke sebuah alamat dan menegaskan akan membayar dua kali lipat dari jumlah yang dikirim.

CEO perusahaan keamanan siber SocialProof Security, Rachel Torac mengatakan, serangan itu kemungkinan merupakan serangan Twitter terbesar yang pernah ada. "Kami beruntung para penyerang mengejar bitcoin (dimotivasi uang) dan tidak dimotivasi oleh kekacauan dan kehancuran," kata Torac.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Didakwa Tiga Tuduhan

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Twitter tahun lalu mengatakan, "Rekayasa sosial yang terjadi pada 15 Juli 2020, menargetkan sejumlah kecil karyawan melalui serangan phishing.

"Sebuah serangan yang berhasil mengharuskan penyerang untuk mendapatkan akses ke jaringan internal kami serta kredensial karyawan tertentu yang memberi mereka akses ke alat dukungan internal kami," kata Twitter.

Pihak berwenang mengatakan, O'Connor didakwa dengan tiga tuduhan konspirasi  secara sengaja mengakses komputer tanpa izin dan memperoleh informasi dari komputer yang dilindungi.

Kedua, sengaja mengakses komputer tanpa otorisasi dan memperoleh informasi dari komputer yang dilindungi, dan ketiga konspirasi untuk secara sengaja mengakses komputer tanpa izin dan dengan maksud untuk memeras sesuatu yang berharga dari seseorang, mengirimkan komunikasi yang berisi ancaman.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya