Cegah Heatstroke, Staf Olimpiade Tokyo 2020 Gunakan Perangkat Pintar Alibaba

Alibaba menyediakan perangkat pintar berbasis cloud yang digunakan staf Olimpiade Tokyo 2020, agar mencegah mereka mengalami heatstroke

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Jul 2021, 16:00 WIB
Stadion Nasional Jepang merupakan salah satu venue yang terletak di Kasumigaoka, Shinjuku, Tokyo, Jepang. Venue ini akan digunakan untuk cabang olah raga sepak bola, atletik, dan menjadi tempat pembukaan dan penutupan Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Behrouz Mehri)

Liputan6.com, Jakarta Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang tidak hanya dibayangi ancaman Covid-19, tetapi juga panas. Musim panas Tokyo yang lembab dan panas berisiko menimbulkan masalah kesehatan terkait panas seperti heatstroke.

Kekhawatiran akan heatstroke pun muncul pada mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan Olimpiade. Hal ini bisa menjadi masalah besar di saat layanan kesehatan juga harus berjibaku dengan pandemi virus corona.

Perusahaan teknologi Alibaba pun turun tangan untuk membantu pencegahan heatstroke atau sengatan panas, pada staf Olimpiade.

Dilansir dari Engadget, Sabtu (24/7/2021), Alibaba merancang solusi berbasis cloud untuk memantau suhu tubuh dan detak jantung para pekerja Olimpiade Tokyo 2020/2021.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Staf Gunakan Perangkat di Telinga

Orang-orang berjalan di dekat cincin Olimpiade yang dipasang di jembatan Nippon Bashi di Tokyo pada , Kamis (15/7/2021). Upacara pembukaan Olimpiade Tokyo akan digelar pada 23 Juli 2021 dan berakhir pada 8 Agustus 2021. (AP Photo/Hiro Komae)

Staf Olimpiade akan mengenakan sebuah perangkat pintar di telinga mereka. Alat itu akan melacak statistik dan indeks lingkungan, yang akan dipantau melalui pengukur tekanan panas yang dipasang di segala tempat.

Data tersebut lalu dikirim ke teknologi berbasis cloud, yang akan mengidentifikasi tingkat risiko heatstroke setiap penggunanya secara real time.

Staf yang dinilai sangat berisiko mengalami sengatan panas akan mendapatkan peringatan di ponselnya. Mereka lalu disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan seperti minum lebih banyak air secepatnya.

Sepanjang 2020, Tokyo melaporkan hampir 200 kematian terkait panas di wilayah tersebut. Maka dari itu, para atlet dan staf pun harus bersiap untuk kondisi tersebut.


Kekhawatiran Sejak Lama

Foto udara ini memperlihatkan Desa Olimpiade dan Paralimpiade jelang Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo pada 19 Juli 2021. Olimpiade Tokyo 2020 digelar mulai 23 Juli 2021, mundur setahun dari agenda semula akibat pandemi virus corona Covid-19. (Behrouz MEHRI/AFP)

Mengutip Aljazeera, sejak 2013, ketika Tokyo memenangkan tawaran untuk jadi tuan rumah Olimpiade, ada kekhawatiran untuk mengadakan acara tersebut di akhir Juli hingga awal Agustus.

Di periode tersebut, suhu biasanya mencapai 35 derajat Celsius dan kelembaban berkisar antara 70 hingga 80 persen sehingga membuatnya lebih panas. Perubahan iklim pun membuat situasi semakin tak nyaman.

Makoto Yokohari, Profesor Lingkungan dan Perencanaan Kota di Universitas Tokyo, menjelaskan saat kota tuan rumah lain mencapai suhu mirip Tokyo, mereka memiliki musim panas yang panas dan kering, bukan panas dan lembab.

Menurutnya, hal ini memunculkan risiko sengatan panas atau heatstroke. Sialnya, gejala khas masalah ini juga cukup sulit dibedakan dengan COVID-19.

"Jika ada sejumlah orang yang mengalami heatstroke, saya sangat khawatir bagaimana mereka akan diperlakukan kata Makoto. "Dan saya tidak berpikir kita memiliki kapasitas untuk mengobati sejumlah besar orang-orang itu."

(Dio/Isk)


Infografis Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

Infografis Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya