Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terus meningkatkan produk-produk dalam negeri. Salah satu yang saat ini tengah digadang-gadang adalah Laptop Merah Putih atau yang juga disebut Diktiedu. Laptop yang disebut ramah tunanetra ini akan segera meluncur di pasar dalam negeri tahun ini juga.
Sekretaris Direktur Jenderal Dikti Kemendikbud Dikti Paristiyanti Nurwardani mengatakan, laptop Diktiedu menggunakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen. Namun demikian, secara bertahap akan dinaikkan hingga mencapai 65 persen.
Advertisement
"Pada 2021 itu sebesar 25 hingga 30 persen, 2022 lebih dari 40 persen dan 2023 lebih dari 40 hingga 65 persen," kata Paristiyanti kepada merdeka.com, Jakarta, Jumat (23/7/2021).
Kemendikbud akan terlibat 100 persen dalam proyek Laptop Merah Putih ini. Mulai dari rencana pengadaan atau ide, kemudian peta jalan, hingga desain serta implementasi pembuatan bersama anggota konsorsium.
"Konsorsium Merah Putih Diktiedu dibentuk oleh Kepdirjen Dikti. Konsorsium dibentuk setelah ITB sukses membuat Tablet Diktiedu yang berisi 300 e-Modul untuk 5 prodi di daerah 3T," jelas Peristiyanti.
Agar proyek ini terus berjalan serta bisa dikomersialkan secara masif, pemerintah akan menggandeng industri. Di mana dengan langkah tersebut, Laptop Merah Putih bisa lebih dikenal oleh masyarakat. "2022 akan dipasarkan kerjasama dengan Industri," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
95 Persen Produk Laptop Indonesia Didominasi Impor
Sebelumnya, produk laptop di Indonesia masih didominasi impor. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, impor produk laptop Indonesia mencapai USD 1 miliar dalam 5 tahun terakhir.
“Demand produk di Indonesia sebesar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor, jadi dari 3 juta itu masih 95 persen impor dan baru 5 persen untuk produk laptop negeri,” kata dia, Kamis (22/7/2021).
Hal ini pun menjadi perhatian Pemerintah untuk terus mendorong produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bisa dibuat di dalam negeri. Harapannya, produk-produk dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Untuk meningkatkan demand produk TIK dalam negeri, Kemenperin memiliki program substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022. Dengan salah satu kebijakan, menerapkan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) secara tegas dan konsisten.
“Kaitannya dengan laptop ini karena kita lihat utilisasi dari perusahaan perusahaan TIK dalam negeri itu masih rendah, sehingga penerapan P3DN ini ya bisa tegas dan konsisten itu akan membantu program substitusi impor 35 persen pada Tahun 2022,” jelasnya.
Advertisement