Pilu, Vino Bocah 10 Tahun Isoman Sendiri Usai Orangtua Meninggal karena Covid-19

Tangisan pilu tak berhenti diteriakkan bocah 10 tahun asal Kampung Linggang Purworejo, Tering, Kabupaten Kutai Barat bernama Vino selama menjalani isolasi mandiri alias isoman akibat Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2021, 18:27 WIB
Bocah 10 tahun asal Kampung Linggang Purworejo, Tering, Kabupaten Kutai Barat bernama Vino harus isoman sendiri usai orangtua meninggal karena Covid-19. (Merdeka)

Liputan6.com, Jakarta Tangisan pilu tak berhenti diteriakkan bocah 10 tahun asal Kampung Linggang Purworejo, Tering, Kabupaten Kutai Barat bernama Vino selama menjalani isolasi mandiri alias isoman akibat Covid-19. Bagaimana tidak, dalam waktu berdekatan, dia harus kehilangan kedua orangtuanya akibat infeksi virus Corona.

Ibu Vino, Lina Safitri (31) dan ayahnya, Kino Raharjo (31), meninggal pada Senin 19 Juli dan Selasa 20 Juli 2021 lalu ketika dirawat di RS Harapan Insan Sendawar (RS HIS) Kutai Barat.

Lina sendiri tengah mengandung lima bulan ketika meninggal akibat Covid-19.

Mala petaka ini berawal saat, Kino sakit sekitar 10 hari di rumah lantaran kehujanan saat berjualan bakso keliling.

Kino punya riwayat sakit tifus. Keluarga pun menyangka tifusnya kambuh pada saat itu. Kakak kandung Kino, Margono, sempat membelikan obat. Namun, Kino tak kunjung sembuh.

Tubuhnya menggigil kedinginan. Juga tak bisa menelan makanan karena selalu muntah.

Pada 11 Juli 2021, Kino dilarikan ke RS HIS. Berdasar hasil pemeriksaan, Kino dinyatakan positif Covid-19. Namun, tak dirawat di rumah sakit, dia disarankan untuk isoman.

"Berikutnya 12 Juli, giliran istri Kino mengikuti tes PCR di Puskesmas sama anaknya, Vino. Iya, hasilnya positif. Lina ini memang sedang hamil lima bulan," kata Margono kepada Merdeka, Kamis 22 Juli malam.

Saat menjalani isolasi mandiri bertiga akibat Covid-19, kondisi kesehatan orangtua Vino memburuk. Mereka pun dibawa kembali ke RS HIS. Terlebih, ibu Vino memiliki penyakit penyerta asma.

"Duluan Lina dirawat di rumah sakit dijemput medis 14 Juli. Kemudian adik saya, Kino. Dalam perawatan, Lina meninggal 19 Juli, adik saya sehari kemudian 20 Juli. Iya, pas hari raya Idul Adha kemarin," ujar Margono.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Keluarga dan Tetangga Gantian Menemani

Begitu tahu orangtuanya meninggal, Vino tak henti-hentinya menangis. Bocah kelas 3 SD itu kini harus hidup sebatang kara.

"Begitu tahu ibu bapaknya meninggal sempat nangis tapi tidak terus-terusan menangis. Keluarga terus menghibur Vino. Bahkan sering video call dengan mbahnya di Jawa untuk terus menghibur Vino," tutur Margono.

Vino pun terpaksa harus isolasi mandiri hingga 26 Juli 2021 di rumah. Keluarga dan tetangga berusaha menemaninya meski harus terpisah ruangan.

"Sampai aman nanti tanggal 26 Juli. Jadi Vino isolasi mandiri sendiri di rumah, depan televisi. Tapi kami, keluarga dan tetangga tidur di teras depan rumah," ungkap Margono.

Meski demikian, Vino dalam kondisi sehat. Tetangga juga ramai-ramai membantu Vino dengan mengirimkan makanan dan vitamin.

"Di sini banyak keluarga, keluarga besar. Alhamdulillah banyak bantuan warga sebagai donatur. Dari banyak pihak mulai sembako dan pakaian. Kami tidak bisa sebutin satu per satu," jelas Margono.

 

Reporter: Saud Rosadi

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya