Kondisi Mental Anak Disabilitas Selama Pandemi Covid-19 Lebih Rentan, Orangtua Jangan Pasrah

Ketua Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia Dewi Tjakrawinata mengatakan kondisi mental anak disabilitas bisa lebih rentan selama pandemi Covid-19.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 24 Jul 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi anak dengan disabilitas intelektual. Foto: Pexels Pixabay.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia (YAPESDI) Dewi Tjakrawinata mengatakan kondisi mental anak disabilitas bisa lebih rentan selama pandemi Covid-19. Untuk itu ia memiliki saran bagi orang tua untuk tetap menerima kondisi anak tapi tidak pasrah.

"Setiap anak punya potensi. Mencintai setulus hati tapi harus diberdayakan," katanya dalam Seminar Nasional: Melindungi Kesehatan jiwa Anak di tengah pandemi Covid-19, ditulis Sabtu (24/7/2021).

Menurut Dewi, orang tua perlu mempunyai target tapi sebaiknya dibuat jangka pendek agar anak dan orang tua juga tidak frustasi. Sebab anak dengan disabilitas intelektual khususnya 2-3 kali lebih rentan mengalami depresi.

"Sesuai dengan yang diucapkan Kak Seto dari survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), sebanyak 13 persen anak mengalami depresi di rumah selama pandemi. Saya kira 2 per 3nya terjadi pada anak dengan disabilitas intelektual," jelasnya.

 

 

Simak Video Berikut Ini:


Kenapa demikian?

Ia melanjutkan, karena anak disabilitas intelektual biasanya pendiam. Ia sulit berbicara terutama saat mereka mengalami hambatan emosi.

Maka itu, kata Dewi, penting bagi anak dan orang tua menjaga kesehatan, habilitasi dan rehabilitasi serta memahami jiwa anak tidak menghakimi tapi juga harus assertive.

"Membiarkan dan mendukung anak mengeksplorasi kemampuan, hobi dan menemukan passion tapi tanpa melupakan kemampuan kognitif dasar tetap harus diasah sebagai modal hidup," katanya.


Tips

Dewi pun memberikan tips untuk menjaga kesehatan mental untuk orang dengan down syndrome yang juga akan dimuat di media sosial :

- Dukung untuk terlibat secara aktif dalam membuat keputusan sendiri

- Perhatikan periode transisi penting seperti transisi dari sekolah, pekerjaan atau kegiatan lainnya

- Pastikan persahabatan dibuat, dijaga dengan bergabung pada kelompok. Dukungan sebaya dimana mereka akan memiliki kesempatan untuk mengembangangkan dan memperkuat persahabatan dan jaringan dukungan.

-Dukung mereka untuk mengejar peluang yang mereka paling minati tanpa paksaan, dan jangan paksakan keinginan orang tua pada anak.

-Jangan berasumsi bahwa perubahan perilaku dan temperamen hanyalah bagian dari sindroma down. Ini bisa menjadi pertanda dari sesuatu yang lain seperti reaksi terhadap rasa sakit atau stres dan kesehatan mental yang buruk

 


Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak

Infografis Panduan Isolasi Mandiri Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya