Liputan6.com, Jakarta Hasil penelitian di Inggris mengungkapkan, anak disabilitas masih mengalami kurangnya akses ke teknologi. Studi yang dilakukan badan amal tersebut dilakukan kepada 170 orang tua dan wali dari anak-anak berusia di bawah 12 tahun yang memiliki gangguan penglihatan.
Dilansir dari Entertainthekids, terdapat lebih dari seperempat (28 persen) mengatakan anak mereka telah diganggu, dengan delapan persen diantaranya mengatakan anak mereka berprestasi buruk di sekolah. Kemudian 80 persennya merasa gangguan penglihatan anak mereka membuatnya sulit atau bahkan tidak mungkin untuk menjalin persahabatan.
Advertisement
Secara keseluruhan, 28 persen anak-anak digambarkan tidak bahagia, sementara 40 persen memiliki sedikit atau tidak percaya diri.
Kemudian salah satu solusi yang ditawarkan dari hasil wawancara adalah alat seperti iPad dan smartphone dapat meningkatkan kebahagiaan anak-anak, dengan memberikan rasa normalitas, kepercayaan diri, dan kemandirian. Teknologi ini juga dapat mendorong gaya belajar sensorik dan merangsang yang bagi banyak anak tunanetra, merupakan cara belajar yang paling efektif dan berdampak. Namun ketersediaan teknologi untuk anak tunanetra merupakan kelemahan di sekolah umum.
Hanya setengah dari orang tua dan wali anak-anak di sekolah umum yang disurvei merasa sekolah mereka menggunakan teknologi terbaru untuk membantu anak-anak dengan gangguan penglihatan, dibandingkan dengan 67 persen dari mereka yang bersekolah di sekolah khusus. Sementara 35 persen orang tua dan wali telah mengakses hibah teknologi, 37 persen ingin tetapi tidak mampu.
Simak Video Berikut Ini:
Tech for All
Sebagai hasil dari penelitian tersebut, Guide Dogs meluncurkan 'Tech for All', yaitu bantuan berupa teknologi yang disediakan badan amal tersebut untuk semua anak tunanetra berusia 3-18 tahun di Inggris. Mereka berharap dengan skema ini akan membantu 3.500 anak dalam enam bulan pertama dan dapat mencapai 10.000 anak pada akhir 2022 jika skema percontohan menunjukkan hasil yang berarti.
Adapun beberapa yang telah menerima hibah tersebut, salah satunya Kamsi Agbedo (9 tahun) yang berasal dari London Timur, yang menderita albinisme okular, suatu kondisi yang mengurangi pewarnaan (pigmentasi) iris, dan retina. Ibunya, Eremina, mengatakan, “Kamsi benar-benar menyukai teknologi dan kami memiliki laptop keluarga, tetapi cukup fungsional. Ia hanya bisa benar-benar menggunakannya ketika saya duduk bersamanya dan itupun ia harus meminta saya melakukan banyak tindakan untuknya. Ia benar-benar menginginkan iPad tetapi saya tidak mampu membelinya. Kami mengajukan permohonan hibah dari Guide Dogs, dengan surat dukungan dari guru tunanetranya," dikutip dari Entertainthekids.
“Kami tidak menyadari semua cara berbeda yang dapat dilakukan iPad untuk membantunya sampai kami memilikinya. Ia dengan cepat belajar bagaimana menggunakan teknologi itu sendiri. iPad benar-benar ramah pengguna dan ia dapat menavigasi sendiri di antara layar, ia belajar menggunakan kata sandi, dan dapat memperbesar teks dan gambar ke ukuran yang sesuai untuknya. Ada manfaat pendidikan yang jelas, seperti membaca e-book, tetapi sebagian besar ia bisa bermain dan bersenang-senang, yang merupakan hal yang sangat penting bagi semua anak," tambahnya.
Eremina juga menjelaskan anaknya kini sampai bisa menggunakan iPad sendiri, yang artinya memberinya kebeasan. Ia juga jadi bisa mengetahui aktivitas apa yang Kamsi sukai, yang ternyata Kamsi suka bermain aplikasi pencarian kata, yang memiliki manfaat tambahan untuk mengembangkan keterampilan membaca dan kuisnya, jelasnya.
Kamsi sekarang memiliki akses ke internet dan telah meneliti albinisme, yang telah membantunya mempelajari kondisinya dan memungkinkannya untuk mendiskusikannya dengan ibunya, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan komunikasinya. Ia juga menggunakan FaceTime untuk tetap berhubungan dengan nenek, ayah, dan pamannya.
Adik perempuannya yang berusia tiga tahun, Nnenna, memiliki kondisi yang sama dan juga akan menerima iPad dari Guide Dogs sebagai bagian dari Tech for All.
Advertisement
Tantangan orang tua
Eremina juga mengakui kondisi ragam rintangan yang dihadapi sebagai orang tua dengan anak-anak dengan gangguan penglihatan demi mendapatkan peralatan dan dukungan yang mereka butuhkan. Namun setelah mendengar bahwa syarat yang perlu dilampirkan adalah sertifikat gangguan penglihatannya Nnenna tentu mengangkat banyak stres dan kecemasan yang sebelumnya sudah terbayangkan. Sedangkan memiliki perangkat sendiri untuk mempelajari keterampilan sejak dini di usia Nenna yang masih 3 tahun tentu akan sangat bermanfaat.
Sementara itu, gangguan penglihatan adalah masalah yang berkembang di Inggris. Setiap jam orang lain di Inggris menjadi buta dan kehilangan penglihatan sangat menyedihkan dan mengasingkan bagi mereka yang mengalaminya. Untuk anak-anak dengan gangguan penglihatan dan orang tua mereka, intervensi awal dari Guide Dog dapat mengubah hidup mereka.
Pete Osborne, direktur operasi, Guide Dogs, mengatakan, “Teknologi adalah pendorong yang hebat dan memberi anak-anak rasa normalitas, kepercayaan diri, dan kemandirian baik secara sosial maupun akademis. Semakin cepat teknologi bergerak, semakin baik kesejahteraan mereka. Namun, teknologi masih belum cukup dapat diakses dan ini dapat membuat frustasi baik bagi anak maupun orang tua. Orang tua dan wali merasa gangguan penglihatan dapat mempersulit anak untuk berteman dan orang tua menekankan bahwa sosialisasi dengan anak lain adalah bagian penting dari perkembangan anak mereka," dikutip dari Entertainthekids.
"Oleh karena itu, Tech for All telah dirancang untuk memungkinkan anak-anak dengan gangguan penglihatan menjadi lebih mandiri dan melakukan apa pun yang mereka ingin lakukan atau apa yang dilakukan teman-teman mereka. Baik itu Facetime pasangan mereka, bermain game, membaca atau belajar, fitur aksesibilitas di iPad atau iPhone dapat menjadi kunci untuk membuka dunia anak dan memaksimalkan potensi mereka,” jelasnya.
Infografis Keuntungan iPhone terhadap Apple
Advertisement