Cerita Akhir Pekan: Konsep Bisnis Ramah Lingkungan di Industri Kecantikan

Tak sedikit dari mereka yang memilih berbisnis diiringi semangat untuk menyelamatkan Bumi lewat deretan produk ramah lingkungan,

oleh Putu Elmira diperbarui 24 Jul 2021, 10:49 WIB
Gracious Project, bulk store and refillery di Bali yang mengusung konsep bisnis ramah lingkungan. (dok. Gracious Project)

Liputan6.com, Jakarta - Semangat para pelaku bisnis di industri kecantikan berjalan beriringan dengan mengedepankan ramah lingkungan, saat ini kian terasa. Komitmen tersebut diwujudkan dalam berbagai hal, mulai dari pemakaian bahan alami hingga tak lagi menggunakan kemasan sekali pakai.

Konsep bisnis ramah lingkungan di industri kecantikan ini pula yang diterapkan oleh Gracious Project. Label lokal asal Bali ini menyediakan produk berkelanjutan lewat bulk store dan pelanggan dapat mengisi ulang produk di toko, produk-produk juga dijual melalui e-commerce dan toko online.

Pemilik Gracious Project, Gracia Chandra menyampaikan ingin mengedukasi pelanggan bahwa produk natural tak hanya lebih baik untuk kesehatan, namun juga tidak mencemari lingkungan. Salah satunya terlihat dari pengemasan dan langkah keberlanjutannya.

"Mulai dengan tidak pakai bubble wrap, selotip biasa, kita semua pakai paper dan tetap aman. Lalu ada kendala dari botol, kita enggak bisa semua (botol) kaca karena kaca dalam pengiriman akan pecah dan bocor, jadi kita tetap pakai botol plastik. Tapi waste botol-botol plastik, kita punya partner yang bisa recycle," kata Gracia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 22 Juli 2021.

Gracia berkisah, tak sedikit teman-temannya semangat untuk hidup natural, namun bingung mulai dari mana. Labelnya mencoba menghadirkan barang-barang yang menjadi penengah untuk beradaptasi ke hidup natural yang enak digunakan, tapi tidak membahayakang lingkungan.

"Sekaligus belajar kenapa harus berubah, pakai tisu yang reusable karena bisa dicuci dan dipakai lagi, sama seperti kapas reusable, bukan yang sekali pakai dan menambah sampah," jelasnya.

Ibu satu anak ini menambahkan, dampak yang paling terasa setelah mengusung bisnis ramah lingkungan adalah ketika memulai offline store, yakni bulk store. Di sana, pelanggan bisa datang dan melihat barang-barang baru yang mungkin tak pernah terpikir oleh mereka.

"Seperti cuci botol dengan brush natural dengan bahan-bahan yang 100 persen biodegradable dan harga yang enggak terlalu mahal," ungkap Gracia.

Sederet produk yang bisa dibeli secara bulk, seperti natural oil, seperti grapeseed, apricot oil, rosehip dikatakan Gracia dijual per gram. Ada pula bahan natural seperti shea butter, cocoa butter, bentonite clay, beeswax, sedangkan yang diisi ulang ada sabun cuci muka, sampo, conditioner, dan sabun mandi.

"Selama PPKM, kita based on appoinment saja. Biasanya customer chat dulu, lalu kita set waktu supaya tidak bersamaan," katanya.

Namun, pemesanan lebih banyak datang melalui e-commerce dan toko online. Setelah PPKM berlalu, Gracia berencana membuka kelas dan small workshop di bulk storenya yang berlokasi di Jalan Tukad Ayung No. 43, Renon, Denpasar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


By Lizzie Parra

Program daur ulang oleh BLP, yakni #TABFT (There's A Box For That). (dok. BLP)

Label kecantikan lokal, By Lizzie Parra (BLP) Beauty turut ambil bagian dalam aksi keberlanjutan. Bisnis ramah lingkungan ini diterapkan dalam upaya mendaur ulang kemasan-kemasan produk BLP.

Founder BLP Beauty Elizabeth Christina Parameswari atau yang akrab disapa Icil, menyebut, dalam industri kosmetik pihaknya sadar bahwa tidak mungkin bisa terbebas dari sampah plastik. Hal ini dikarenakan kemasan plastik saat ini adalah material yang paling aman, kuat dan cukup terjangkau untuk pihaknya gunakan.

"Tapi kita sadar ini akan berdampak ke lingkungan, maka dari itu sejak 2018 BLP Beauty berkomitmen untuk melakukan kontribusi untuk lingkungan di antaranya adalah meniadakan penggunaan single used plastic di semua Beauty Space BLP (toko offline)" jelas Icil saat kepada Liputan6.com, Jumat, 23 Juli 2021.

Pihaknya juga membuat inisiatif yang berkolaborasi dengan Waste4Change untuk pengembalian kemasan kosong dalam program ulang #TABFT (There's A Box For That). Konsumen dapat mengembalikan kemasan kosong dan setiap kemasan yang dikembalikan, pelanggan akan mendapat poin yang bisa ditukarkan dengan gift.

"(Program daur ulang) masih dijalankan sampai dengan saat ini dan thankfully banyak teman-teman sudah tahu mengenai hal ini, jadi happy banget setiap datang ke Beauty Space BLP box #TABFT (There's A Box For That) nya selalu terisi," tambahnya.

Program daur ulang ini dikatakan Icil akan terus dilakukan dan mencoba mencari cara lain untuk berkontribusi lebih, salah satunya dengan memilih bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Sebagai gambaran untuk laporan waste di 2020, BLP Beauty berhasil mengumpulkan sekitar 900 kilogram kemasan bekas, baik yang plastik maupun yang kertas.

"Dari hasil pengumpulan waste tersebut berhasil di daur ulang dan direformasi menjadi produk baru seperti alat-alat rumah tangga, kardus2 baru, dan sebagainya," terang Icil.

Icil menjelaskan dampak yang sangat terasa dengan berbisnis ramah lingkungan adalah kelegaan hati. Sampah yang dihasilkan dapat didaur ulang menjadi barang yang kembali berguna.

"Dan sedikit banyak memancing orang yang berbelanja BLP Beauty untuk peduli dengan wastenya. Kalau soal cost, tentunya karena kita harus mengeluarkan cost untuk me-recycle waste yang kita hasilkan, tapi itu bukan masalah karena memang inisiasi ini sudah menjadi plan wajib di BLP Beauty," tuturnya.

Ke depannya, BLP berkomitmen untuk selalu mempromosikan inisiasi #TABFT (There's A Box For That) melalui setiap kampanye, baik di online maupun offline. "Kemudian berkomitmen untuk memilih ingredients yang ramah lingkungan. Karena kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi," tutupnya.


Naked Inc.

Naked Inc. (dok. Instagram, @nakedincjkt/https://www.instagram.com/p/CPhYofJAILQ/)

Konsep bisnis bulk store dan isi ulang turut dihadirkan oleh Naked Inc. yang berdiri pada 2019 lalu. Ada beberapa produk kecantikan yang ramah lingkungan tersedia di berlokasi di Como Park Jalan Kemang Timur No 998, Jakarta Selatan ini.

"Produk kecantikan kita ada beberapa jenis, yang diisi ulang dari sampo, sabun mandi, sabun cuci muka. Ada juga juga merchandise-nya kayak kapas yang bisa dipakai reuseable atau cotton bud yang reusable juga, konjac sponge atau dari sponge dari loofah," kata pemilik Naked Inc. Kiana Lee kepada Liputan6.com, Jumat, 23 Juli 2021.

Namun dikatakan Kiana, ada pula produk yang tidak dijual curah, seperti face cream. Mengingat pemakaiannya yang langsung ke wajah dan itu jadi salah satu hal yang cukup sensitif.

"Saya enggak berani itu dijual refill karena kondisi container yang dibawa customer enggak tahu seberapa higienisnya, takut menyebabkan kontaminasi atau alergi," tambahnya.

Selain produksi sendiri, Naked Inc. juga berkerja sama dengan sebuah NGO yang memberdayakan orangtua dari anak-anak jalanan untuk membuat sabun batang. Adapun produk ini juga terdiri dari beberapa jenis.

"Kalau (jual) satuannya per gram dan price range berbeda-beda. Kita ada juga casil soap itu orang yang kulitnya sensitif pakai untuk casil soap ini multifungsi bisa buat cuci piring, buat mandi, cuci baju, sampo bisa digunakan. Kita juga jual sabun all purpose ini yang plain jadi biasanya orang suka tambahkan essential oil sendiri jual plain per gram Rp220," kata Kiana.

Ia melanjutkan, hampir semua produk ia menjualnya per gram. "Karena untuk mengurangi biaya dan waste karena misal enggak cocok dan harus beli 200 gram kan sayang banget, makanya kalau di Naked Inc. boleh beli sesuai apa yang dibutuhkan saja, mau coba deh cocok beli 10 gram enggak apa-apa, enggak ada minimumnya," jelasnya.

Sedangkan untuk sampo, dijual mulai dari Rp400-an per gram. Untuk sabun mandi dan sampo menjadi produk yang paling banyak dicari karena kebutuhan sehari-hari pelanggan. "Best seller di toko itu yang sabun lavender oatmeal, ada scrub-nya dari oatmealnya jadi kulit berasa bersih," kata Kiana.

Komitmen keberlanjutan juga turut diterapkan Kiana dalam bisnisnya. Mulai dari pengemasan produksi barang yang dibuat dalam bulk. Jika ada kerja sama, barang datang langsung curah ke pihaknya tanpa pengemasan.

Atau saat membeli bahan baku, ia membawa kemasan sendiri baik ke pabrik atau ke toko. "Benar-benar kita mencoba mengurangi sampah, kalau dibilang enggak ada sampah, enggak mungkin banget, tapi saya mencoba mengurangi sampah yang ada dengan me-reuse lagi kemasan-kemasan yang kita punya," tutupnya.


Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya